Liputan6.com, New York - Di seluruh dunia, ada miliarder baru yang lahir setiap dua hari sekali sepanjang 2017. Hal ini diungkap oleh organisasi niraba Inggris Oxfam dalam laporan terbarunya. Laporan yang berjudul 'Reward Work, Not Wealth' tersebut memperlihatkan kesenjangan ekonomi dunia yang semakin besar.
Dilansir dari CNBC, Selasa (23/1/2018), total ada 1.500 miliarder di seluruh dunia. Oxfam mengatakan, pertumbuhan harta dari pada miliarder ini sangat signifikan. Sepanjang 2017, kekayaan miliarder dunia melejit US$ 762 miliar.
Mirisnya, peningkatan kekayaan para miliarder dunia itu cukup untuk mengakhiri kemiskinan ekstrem yang masih banyak dialami oleh masyarakat dunia.
Baca Juga
Advertisement
Lebih lanjut, Oxfam juga mengungkap bahwa 82 persen dari total kekayaan yang dihasilkan di tahun 2017 masuk ke dalam kantong kumpulan orang terkaya. Hal ini sangat berkebalikan dimana 50 persen orang termiskin dunia justru tidak mengalami peningkatan kekayaan sama sekali.
Dalam menghitung peningkatan harta miliarder ini, Oxfam menggunakan data dari Forbes da Credit Suisse. Jumlah kekayaan digitung dari total aset individu dikurangi utang.
9 miliarder terkaya kini menguasai kekayaan sama dengan yang dimiliki oleh 4 miliar orang termiskin dunia. Jika miliarder ini terus bisa menambah harta kekayannya, maka akan ada orang yang bisa memiliki kekayaan US$ 1 trilun dalam 25 tahun ke depan.
Amerika Serikat
Sementara di Amerika Serikat, tiga orang terkaya AS yakni Jeff Bezos, Bill Gates dan Warren Buffett menguasai kekayaan lebih dari setengah populasi Amerika Serikat. Fakta ini berasal dari Institute for Policy Studies di Washington DC.
Ada berbagai faktor yang membuat kondisi kesenjangan semakin besar. Oxfam mengatakan, faktor penyumbang terbesar adalah banyaknya orang kaya yang mengemplang pajak, ketidakadilan hak buruh hingga kebijakan yang tidak berpihak.
Chief Executive Oxfam Mark Goldring mengatakan, keadaan seperti ini harusnya tidak dapat diterima. Kondisi kesenjangan kekayaan di dunia sudah semakin besar.
"Bagaimana pun Anda melihatnya, ini merupakan level kesenjangan yang tidak bisa ditolerir," kata dia.
Advertisement