Liputan6.com, Jakarta - Kinerja PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk diperkirakan masih merugi pada 2017. Meski demikian, kerugian yang dialami perusahaan terus berkurang setiap kuartalnya.
Direktur Keuangan Garuda Indonesia Helmi Imam Satriyono mengatakan, meski laporan keuangan pada kuartal IV belum dirilis. Namun dirinya tak menampik kemungkinan perusahannya masih berapor merah.
"Secara konsolidasi, Garuda masih merugi pada 2017, namun lebih rendah dari 2016. 2018, kita ingin menjadi perusahaan yang untung," kata dia di Jakarta, Selasa (23/1/2018).
Baca Juga
Advertisement
Menatap 2018, Hilmi memaparkan pihaknya menargetkan perolehan pendapatan konsolidasi sebesar US$ 4,9 miliar atau tumbuh 19,51 persen dari periode yang sama tahun lalu US$ 4,1 miliar.
Untuk mencapai target itu, perusahaan juga menargetkan peningkatan jumlah penumpang sebanyak 2,5 juta menjadi 26,5 juta orang. Selain itu, bisnis kargo dan carter pesawat juga bakal lebih baik dibanding tahun lalu. Dengan rencana pertumbuhan pendapatan sepanjang tahun ini, Garuda Indonesia menargetkan perolehan laba bersih sebesar US$ 8,7 juta.
Selain itu, Garuda Indonesia menargetkan total aset konsolidasi dapat mencapai US$ 5,3 miliar dengan liabilitas dan ekuitas masing-masing US$ 4,2 miliar dan US$ 1,18 miliar sepanjang 2018.
"Oleh sebab itu, kami harapkan 2020 laba Garuda bisa mencapai US$ 170 juta. Harga saham juga bakal naik dari yang saat ini masih Rp 300-an," tutur Helmi.
Hingga kuartal III 2017, PT Garuda Indonesia Tbk mencatatkan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik menjadi US$ 222,03 juta dari periode sama tahun sebelumnya US$ 44 juta.
Sementara itu, pendapatan usaha perseroan naik menjadi US$ 3,11 miliar hingga kuartal III 2017 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 2,86 miliar. Total liabilitas dan ekuitas tercatat US$ 3,72 miliar pada 30 September 2017 dari periode 31 Desember 2016 sebesar US$ 3,673 miliar. (Yas)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ketepatan Waktu Terbang Garuda Indonesia di Bawah Target
Sebelumnya, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan angka ketepatan waktu terbang atau on time performance (OTP) sepanjang 2017 hanya 86,4 persen. Angka ini diakui manajemen tidak sesuai target yang di kisaran angka 90 persen.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Helmi Imam Satriyono mengatakan, Garuda Indonesia beralasan tak maksimalnya OTP tersebut lebih banyak karena insiden Gunung Agung di Bali.
"Pada akhir tahun kita menghadapi kejadian erupsi Gunung Agung yang menjadikan rotasi pesawat Garuda Indonesia jadi berdampak pada performance kami," kata dia di Jakarta, Selasa 23 Januari 2018.
Meski begitu, ditegaskan Helmi, hal itu akan lebih baik di 2018. Tahun ini, manajemen menargetkan OTP meningkat drastis di angka 91 persen.
Upaya tersebut bisa tercapai dengan berbagai perbaikan pelayanan yang dijanjikan perusahaan.
Dalam pelaksanannya, sebagai maskapai bintang lima, Garuda juga akan meningkatkan kualitas kemanan dan keselamatan penerbangan.
Tidak hanya itu, demi meingkatkan kinerja perusahaan. Helmi mengaku, utilitas pesawat Garuda Indonesiajuga bakal diatur dan ditingkatkan, tanpa mengurangi aspek keselamatan penerbangan.
"Utilitas pesawat kita juga akan diperbaiki, tahun lalu itu setiap pesawatnya 9 jam 36 menit dan tahun 2016 8 jam 50 menit. Sementara tahun ini kita tingkatkan menjadi 10 jam," pugkas dia.
Advertisement