Pertamina Pastikan Pasokan BBM di Asmat Aman

Wabah campak yang menyerang anak-anak di Kabupaten Asmat telah terjadi sejak September 2017.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 23 Jan 2018, 18:30 WIB
Distribusi bahan bakar minyak (BBM) di Papua. (Liputan6.com/Katharina Janur)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Perero) Marketing Operation Region (MOR) VIII berupaya menjaga ketahanan stok Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kabupaten Asmat, sebagai bentuk dukungan atas penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dan gizi buruk di daerah tersebut.

Unit Manager Communication & CSR Pertamina Marketing Operation Region VIII Maluku dan Papua Eko Kristiawan‎ mengatakan, Pertamina memastikan pasokan BBM di Kabupaten Asmat aman sampai 22 hari ke depan. Pertamina akan terus menjaga kelanjutan distribusi di wilayah tersebut.

Terdapat delapan lembaga penyalur yang terdiri dari tujuh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Kompak dan satu SPBU khusus nelayan di Kabupaten Asmat dengan harga jual Premium Rp 6450 dan Solar Rp 5150 per liter.

“Alhamdulillah kapal pengangkut BBM dari Jobber Timika sudah tiba pada pukul 4 sore tadi di SPBU di Agats dan esok hari pun akan ada kapal yang tiba," kata Eko, di Jakarta, Selasa (23/1/2018).

Konsumsi utama masyarakat di kabupaten Asmat adalah BBM jenis Premium untuk transportasi sungai menggunakan perahu kecil atau speed boat. Sehingga relatif tidak ada penggunaan BBM untuk kendaraan darat karena kontur Kabupaten Asmat berupa sungai dan rawa.

Pertamina akan terus berkoodinasi dan bekerja sama dengan pihak terkait untuk memastikan distribusi BBM di Asmat dan wilayah lainnya berjalan lancar.

“Kami senantiasa berupaya maksimal untuk selalu menjaga ketahanan stok di seluruh lembaga penyalur, pada intinya kami ingin berbuat sesuatu yang berdampak baik untuk seluruh masyarakat di wilayah Papua” tukas Eko.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Program Jangka Panjang

Distribusi bahan bakar minyak (BBM) di Papua. (Liputan6.com/Katharina Janur)

Pertamina MOR VIII juga melaksanakan program jangka panjang selama 2018. Program tersebut meliputi pemberian bantuan tambahan asupan gizi dan pengadaan fasilitas pelayanan kesehatan berupa speedboat.

Penyaluran bantuan ini dikoordinasikan dengan Polda Papua.

Jumlah bantuan yang disalurkan selama setahun ke depan meliputi bantuan kesehatan dan infrastruktur penunjang layanan kesehatan.

"Rinciannya tambahan asupan gizi untuk balita dan ibu hamil di tiga titik lokasi setiap bulan, serta pengadaan kapal speedboat untuk ambulance dengan total bantuan sebesar Rp 1,8 miliar," tutup Eko.


Wabah Campak

Suasana pasien campak RSUD Agats di Papua (Foto: Hendrik Hada)

Untuk diketahui, wabah campak yang menyerang anak-anak di Kabupaten Asmat telah terjadi sejak September 2017. Data dari Pemerintah Kabupaten Asmat menyebutkan, ratusan anak yang terkena wabah campak hampir merata di 23 distrik dan 224 kampung yang tersebar di kabupaten yang mendapat julukan Kota Seribu Papan.

Data dari Rumah Sakit Umum Daerah Agats menyebutkan, pasien yang dirawat akibat campak sejak September 2017- 11 Januari 2018 berjumlah 393 pasien rawat jalan dan 175 rawat inap.

Laporan tim wabah campak Pemkab Asmat menyebutkan, banyak wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh tim yang telah dibentuk oleh Bupati Asmat, Elisa Kambu. Faktor lainnya adalah kurangnya tenaga medis yang bertugas di puskesmas pembantu (pustu) atau puskesmas setempat.

"Banyak warga yang tidak berada di kampung atau sering ke hutan dan berpindah-pindah lokasi," jelas Bupati Asmat, Elisa Kambu, dalam laporan Tim Penanggulangan Wabah Campak Asmat yang dikirim melalui surat elektronik kepada Liputan6.com, Senin (15/1/2018).

Pemerintah Kabupaten Asmat mengklaim langsung membentuk tim reaksi cepat dalam penanggulangan wabah campak.

Senin, 8 Januari 2018, Bupati Asmat membentuk tim reaksi cepat untuk turun langsung ke lapangan melakukan pencegahan dan pengobatan serta pengiriman tim medis ke sejumlah distrik, yakni Distrik Pulau Tiga, Sawa Erma, Suator, Akat, Sirets, Jetsy, dan Kolf.


Ratusan Pasien Campak Dievakusi

Suasana pasien RSUD Agats di Papua (Foto: Hendrik Hada)

Dalam penyisirannya, tim di Distrik Pulau Tiga, tepatnya di Kampung Nakai, merujuk empat pasien balita campak ke RSUD setempat dan empat balita dipastikan meninggal dunia akibat campak. Tim medis yang bertugas di lokasi tersebut melakukan tindakan campak kepada 63 anak dan dilakukan vaksinasi sebanyak 110 anak.

Sementara, Distrik Suator dan Kolf Braza dari data yang didapat tim reaksi cepat mengalami puncak kasus campak pada September-Oktober 2017. Tim medis melakukan penyisiran di sembilan kampung dengan melakukan vaksin kepada 933 anak. Adapun kasus campak yang didapati hanya di wilayah Waganu I, yaitu tiga orang campak dan lima diduga campak.

Kemudian di Distrik Yamas dan Yeni, masing-masing ditemukan satu balita terkena campak. Lalu, di Distrik Sawaerma terjadi peningkatan pasien diduga kena campak pada Desember 2017 berjumlah 39 anak.

Distrik Akat dilaporkan tiga anak dievakuasi ke RSUD Agats. Sementara pada Oktober-Desember 2017 pasien berobat diduga campak di puskesmas setempat mencapai 37 orang.

Distrik Pkm Yousakor atau Distrik Sirets ditemukan 11 anak terkena campak pada Desember 2017 dan tiga anak mengalami gizi buruk. Sementara di Kota Agats terdadpat 12 kasus campak dan 7 kasus gizi buruk.

Tak hanya itu, tim medis di Distrik Fayit dan Aswi yang melayani 16 kampung mendapati 1724 pasien, sebanyak 407 anak usia 0-4 tahun mendapatkan penanganan medis.

Pada kampung-kampung tersebut terdapat 101 anak kasus campak. 7 anak terkena gizi buruk dan sebanyak 22 anak, satu diantaranya karena gizi buruk dan 21 anak meninggal karena campak.

Wilayah Kampung Kappi terdapat dua anak meninggal dunia akibat campak, sebanyak 105 anak mendapatkan vaksin campak. Sedanhkan di Kampung As dinyatakan 7 anak meninggal dunia akibat campak dan 1 anak meninggal akibat gizi buruk, 71 anak mendapatkan vaksin.

Lalu, 23 anak meninggal dunia di Kampung Atat, dua anak di antaranya meninggal karena gizi buruk dan sisanya karena campak. Dalam penanganannya, tim medis melakukan vaksin kepada 108 anak dan 53 anak campak.

"Kami menduga wabah campak makin meluas, sehingga kami putuskan tim yang bertugas di lapangan harus berada di kampung atau distrik setempat selama 3 hari, untuk melakukan pengobatan terhitung 10-13 Januari 2018," jelas Elisa menambahkan.

Akibat kejadian ini, Pemkab Asmat memutuskan pada Januari-Febuari dapat menuntaskan kasus campak dan dampak lain seperti gizi buruk. Elisa menuturkan, tim yang berada di lokasi kejadian terus memberikan pendampingan dan pencegahan yakni melakukan pengobatan dan imunisasi, serta pemberian vitamin A dan PMT.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya