Rupert Murdoch: Facebook Harus Bayar Sumber Berita Tepercaya

Konglomerat media, Rupert Murdoch, mengatakan bahwa Facebook harus membayar penerbit untuk konten yang ditampilkan di situs jejaring sosial.

oleh Andina Librianty diperbarui 24 Jan 2018, 08:30 WIB
Rupert Murdoch (Foto: Reuters/Jason Reed)

Liputan6.com, Jakarta - Konglomerat media, Rupert Murdoch, mengatakan Facebook harus membayar penerbit untuk konten yang ditampilkan di situs jejaring sosial tersebut.

Pernyataan Murdoch ini ia sampaikan lebih dari sepekan setelah Facebook melakukan perubahan besar pada layanannya, termasuk hanya akan menampilkan berita yang dianggap tepercaya.

"Telah tiba saatnya untuk mempertimbangkan cara baru. Jika Facebook ingin mengenali penerbit 'tepercaya', Facebook harus membayar penerbit tersebut dengan biaya yang sama seperti model yang digunakan perusahaan-perusahaan jaringan kabel," kata Murdoch seperti dikutip dari Business Insider, Rabu (24/1/2018).

Pria yang menjabat sebagai Chariman dan CEO News Corporation tersebut menilai para penerbit berita, dalam hal ini media, memiliki kontribusi besar dalam meningkatkan nilai dan integritas Facebook melalui berbagai berita dan kontennya. Namun, media justru dianggap kurang mendapatkan penghargaan atas semua hal tersebut.

"Pembayaran itu akan berdampak kecil pada keuntungan Facebook, tapi memiliki dampak yang besar terhadap prospek para penerbit dan jurnalis," ia menjelaskan.

Pihak Facebook belum mengeluarkan respons atas pernyataan Murdoch tersebut.


Facebook Hanya Akan Munculkan Berita Tepercaya di News Feed

Seorang pengguna smartphone memperlihatkan aplikasi Facebook pada ponselnya (Foto: Reuters/Dado Ruvic)

Facebook sedang berbenah untuk membersihkan layanannya dari disinformasi dan informasi bohong (hoax). Salah satu caranya dengan mulai menyortir sumber berita dan hanya menampilkan yang dapar dipercaya oleh para penggunannya.

Facebook pada pekan lalu mengumumkan berubahan besar untuk News Feed, agar lebih fokus menampilkan berbagai konten yang mendorong koneksi bermakna antara para pengguna. Langkah Facebook ini membuat pengguna akan melihat lebih sedikit konten publik termasuk berita, video dan unggahan dari brand.

Langkah terbaru Facebook untuk menyortir berita merupakan bagian kedua dari perubahan News Feed. Facebook ingin memastikan semua berita yang ada di layanannya dapat tepercaya.

"Saya membagikan soal pembaruan terbesar kedua kami tahun ini untuk memastikan berita-berita yang kalian lihat berkualitas tinggi. Saya telah meminta tim produk untuk memastikan, kami memprioritaskan berita-berita yang terpercaya, informatif dan bersifat lokal. Dan kami akan memulainya pada pekan depan," tulis CEO Facebook, Mark Zuckerberg, melalui akun Facebook-nya.

Penilaian berita tidak akan dilakukan oleh pihak Facebook atau pakar pihak ketiga. Raksasa jejaring sosial itu memilih komunitas Facebook yaitu para pengguna sendiri, untuk memutuskan sumber-sumber berita yang mereka anggap tepercaya.


Berjuang Berantas Disinformasi

(ilustrasi/guim.co.uk)

Mark Zuckerberg mengatakan bahwa setelah perubahan baru ini, Facebook memerkirakan berita akan menghasilkan sekira 4 persen dari total konten yang ada di News Feed, turun dari 5 persen yang ada sekarang.

"Ini adalah perubahan besar, tapi berita-berita akan selalu menjadi cara penting untuk orang-orang memulai percakapan tentang berbagai topik penting. Pembaruan ini tidak akan mengubah jumlah berita yang kalian lihat, tapi hanya mengubah keseimbangan sumber berita yang dianggap terpercaya oleh komunitas," tulis Zuckerberg.

Ia berharap langkah Facebook ini akan membantu masyarakat terbebas dari berbagai informasi bohong dan menyesatkan. Terlebih lagi, dengan banyaknya sensasi, disinformasi dan polarisasi di dunia saat ini, orang-orang bisa dengan cepat menyebarkannya melalui media sosial.

"Jika kita tidak secara khusus menangani masalah ini, kita akan membuatnya lebih kuat. Oleh karena itu, penting bagi Facebook untuk mempromosikan berita berkualitas tinggi agar bisa membangun rasa persamaan," ungkap suami Priscilla Chan tersebut.

(Din/Cas)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya