IHSG Terus Cetak Rekor pada Januari 2018, Ini Faktor Pendorongnya

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah menguat 4,4 persen secara year to date (Ytd).

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Jan 2018, 19:00 WIB
Pengunjung mengambil foto layar indeks harga saham gabungan yang menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Sebelumnya, Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin.(Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penguatan sepanjang Januari 2018. Bahkan sejak 15 Januari 2018 hingga 23 Januari 2018, IHSG terus catatkan rekor baru.

Pada penutupan perdagangan saham, Senin (23/1/2018), IHSG mencatat rekor tertinggi sepanjang masa. IHSG menguat 134,80 poin atau 2,07 ersen ke posisi 6.635,33.

Indeks saham LQ45 menguat 2,76 persen ke posisi 1.132,18. Seluruh indeks saham acuan kompak menghijau. Aksi beli investor asing capai Rp 574,33 miliar pada 23 Januari 2018.

Total volume perdagangan saham 10,13 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 10,25 triliun. Total frekuensi saham 405.969 kali.

PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) cetak kapitalisasi pasar saham terbesar di BEI. Kapitalisasi pasar saham PT HM Samporna Tbk mencapai Rp 640 triliun. Kemudian disusul saham PT Bank Central Asia Tbk membukukan kapitalisasi pasar saham Rp 553 triliun. Selanjutnya saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) cetak kapitalisasi pasar saham Rp 479 triliun. Adapun total kapitalisasi pasar 10 emiten terbesar mencapai Rp 3.723 triliun.

Sepanjang Januari 2018, IHSG terus cetak rekor. Pada 19 Januari 2018, IHSG sentuh level 6.490, kemudian menguat ke level 6.500 pada 22 Januari 2018. Penguatan signifikan pada perdagangan saham Selasa ini mendorong IHSG naik 4,4 persen secara year to date ke posisi 6.635,33 pada Selasa pekan ini. Sepanjang 2018, investor asing catatkan aksi beli Rp 3,94 triliun. Kapitalisasi pasar saham di BEI tercatat Rp 7.375 triliun. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 


Ini Faktor Pendorong Penguatan IHSG

Analis PT Semesta Indovest Aditya Perdana menuturkan, penguatan IHSG termasuk terbaik pada Januari 2018. IHSG sudah naik 4,4 persen sepanjang Januari 2018.

"Dilihat dari 2007, kenaikan IHSG so far bagus secara month to month pada 2018. Rata-rata kenaikan IHSG pada Januari hanya sekitar 0,8 persen pada 2009-2018. Hanya tiga tahun catatkan performa negatif pada 2009,2011 dan 2017," ujar Aditya saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menuturkan, ada sejumlah faktor yang dorong IHSG menguat di awal 2018. Pertama, pelaku pasar dan fund manager merancang portofolio sahamnya dengan menambah bobot pendanaan di Indonesia.

"Indonesia salah satu positif. World Bank dan IMF melihat Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan baik dalam 5-10 tahun mendatang," kata Aditya.

Selain itu, dari dalam negeri, Aditya melihat sejumlah sektor saham yang kurang baik pada 2017 membukukan performa baik pada 2018. "Sektor underperform bisa naik kemarin seperti konstruksi sudah mulai naik," kata Aditya.

Aditya menambahkan, investor juga aktif bertransaksi saham di awal tahun ini sebelum pelaksanaan kegiatan besar pada 2018. Ada sejumlah kegiatan besar yang berlangsung pada 2018 mulai dari piala dunia, pemilihan kepala daerah (Pilkada), dan Asian Games.

"Sebelum masa pilada dunia, Asian Games, Pilkada, investor kembali aktif (transaksi saham-red)," kata dia.

Sejumlah sektor saham antara lain sektor tambang, konsumsi dan keuangan membantu mengangkat IHSG. Aditya mengatakan, sektor tambang terus menguat hingga catatkan kenaikan mencapai 21,10 persen secara year to date (ytd). Kenaikan sektor tambang itu didorong ada asumsi harga batu bara naik menjadi US$ 95 metrik ton dari perkiraan sebelumnya US$ 70 mt.

"Harga batu bara naik menguntungkan sektor tambang. Oleh karena itu, sektor tambang terus menguat," ujar Aditya.

Ia menambahkan, sektor keuangan dan konsumsi menguat juga mendorong IHSG ke zona hijau. Aditya menilai, antara sektor saham tambang, keuangan dan konsumsi saling bergantian untuk catatkan penguatan terbesar. Penguatan sektor saham konsumsi didorong harapan membaiknya daya beli masyarakat pada 2018. Sedangkan sektor keuangan yang cenderung menguat didorong harapan laporan keuangan yang positif. Ditambah pertumbuhan kredit membaik pada 2018. Aditya memperkirakan, ada pertumbuhan kredit sekitar 2-5 persen.

Selain itu, ada potensi kenaikan peringkat investasi oleh lembaga pemeringkat internasional Moody's juga jadi katalis positif. "Rating Indonesia oleh Moodys diperkirakan naik pada kuartal II sehingga dorong investasi masuk ke Indonesia," kata Aditya.

Ia menuturkan, katalis positif lainnya berasal dari prediksi daya beli masyarakat akan posiitf pada 2018. Sedangkan dari eksternal, menurut ditya belum ada signifikan pengaruhi IHSG. Pada akhir pekan, ada rilis data ekonomi dari Amerika Serikat yang diperkirakan dapat pengaruhi pasar keuangan. Selain itu, prediksi pertumbuhan ekonomi China menjadi 6,8 persen-7 persen pada 2018 menjadi sentimen positif untuk IHSG.

"Hari ini ada pertemuan bank sentral Jepang soal suku bunga. Namun eksternal tak terlalu signifikan. Saat ini area dalam negeri," kata dia.

Aditya prediksi, IHSG berpotensi tertekan namun sehat. IHSG akan konsolidasi dulu. "Turun dalam tidak. Akan konsolidasi dulu," kata Aditya.

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya