Serikat Pekerja Garuda Beberkan Kejanggalan Efisiensi Perusahaan

Program efisiensi yang dilakukan manajemen Garuda Indonesia dinilai sporadis.

oleh Pramita TristiawatiMuhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 23 Jan 2018, 19:15 WIB
Serikat Pekerja PT Garuda Indonesia Bersatu dalam konferensi pers Kondisi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk , Senin (23/1/2018).

Liputan6.com, Jakarta - Serikat Pekerja PT Garuda Indonesia Bersatu, yang terdiri dari Serikat Pekerja Garuda dan Asosiasi Pilot Garuda (APG), mencatat beberapa kejanggalan terkait efisiensi dalam tubuh perusahaan.

Menurut Wakil Ketua APG Dodi Kristanto, telah terjadi banyak kejanggalan dalam proses efisiensi yang dijalankan oleh manajemen Garuda Indonesia. Salah satunya pemborosan biaya dalam jumlah direksi.

"Direksi saat ini 9 orang, sebelumnya hanya 6 direksi. Jumlah direksi ini tidak sejalan dengan komitmen efisiensi," kata Dodi dalam jumpa pers di Resto Bumbu Desa Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (23/1/2018).

Serikat Pekerja Garuda Indonesia Bersatu menilai, direksi yang terlalu banyak ternyata tidak diimbangi dengan hasil peningkatan kinerja perseroan.

Kemudian, adanya penambahan armada pesawat ternyata juga tidak diikuti kemampuan manajemen soal penjualan produk penumpang dan kargo.

"Data Analyst Meeting Kuartal III 2017 mencatat, peningkatan pendapatan hanya 8,6 persen, sementara peningkatan biaya 12,6 persen," papar dia.

Lewat data tersebut, kinerja keuangan Garuda Indonesia semakin merosot dengan kerugian US$ 207,5 juta, beserta nilai saham Garuda Kode GIAA per 19 Januari 2018 per lembar hanya Rp 314,-

"Kami mengalami penurunan sebesar 58 persen dari nilai saham pada saat IPO," jelas dia.

Selain itu, program efisiensi yang dilakukan dinilai sangat sporadis dan yang terjadi adalah cutting cost yang mengganggu kegiatan operasional.

Imbasnya, hal tersebut berdampak penurunan kinerja operasional, seperti penundaan dan pembatalan penerbangan. "Ini membuat citra buruk pada kami," tegasnya.

Serikat mencatat, perusahaan telah banyak melakukan pelanggaran tehadap perjanjian kerja, mau pun kerja profesi. "Ini yang membuat kondisi suasana antar elemen tidak harmonis," dia menandaskan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pelayanan Normal

Pesawat Airbus A330 yang dipesan Garuda Indonesia tiba di Bandara Soekarno Hatta pada 23 Juli 2009. (AFP / Arif Ariadi)

Meski ada masalah dalam internal Maskapai Garuda Indonesia, pelayanan di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang masih berjalan normal, Selasa (23/1/2018).

Pantauan di lokasi, tidak terlihat adanya penumpukan penumpang yang terjadi. Hanya terlihat beberapa antrean calon penumpang yang hendak check-in, tetapi tidak terjadi penumpukan. Pesawat milik Garuda Indonesia pun masih terlihat landing di runway Bandara Soekarno Hatta.

Hal tersebut turut dikatakan langsung oleh Branch Communication Manager Bandara Soetta, Haerul Anwar. Ia mengatakan tidak terjadi penumpukan penumpang di Terminal 3.

"Alhamdulillah pelayanan tetap berjalan normal hingga saat ini," ujarnya.

Haerul menjelaskan, jajarannya telah mengantisipasi lantaran adanya masalah manajemen dengan para pekerja di Garuda Indonesia. Namun, belum terasa dampak yang ada di pelayanan maskapai tersebut di Terminal 3 Bandara Soetta.

"Ya dampaknya belum terasa, tidak ada penumpukan penumpang di Terminal 3. Opersional dan pelayanan masih seperti biasanya," ujarnya.

Dia menyebut, pihaknya juga berkoordinasi dengan stakeholder terkait agar persoalan tersebut tak menjalar kepada kerugian calon penumpang. Pasalnya, jika memang ada gangguan pelayanan, maka akan merugikan calon penumpang.

"Kami tetap memberikan fasilitas yang nyaman bagi para pengguna jasa bandara. Dan melibatkan jajaran kepolisian berharap kondisi bisa terus kondusif seperti ini," tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya