Liputan6.com, Jakarta - Di balik perkembangan Kota Metropolitan, Jakarta menyimpan sejarah tentang transportasi jadul yang sempat melayani warganya wara wiri ke tempat tujuan. Seiring perkembangan waktu, jenis transportasi itu pun punah ditelan zaman.
Seperti Bemo, jenis kendaraan si mungil roda tiga ini sempat menjadi moda andalan warga Jakarta. Bemo yang merupakan singkatan dari becak motor mulai digunakan di Indonesia pada awal tahun 1962, pertama-tama di Jakarta dalam kaitannya dengan Ganefo.
Advertisement
Belakangan kehadiran bemo dimaksudkan untuk menggantikan becak. Namun rencana ini tidak berhasil karena kehadiran bemo tidak didukung oleh rencana yang matang.
Bemo tidak hanya hadir di Jakarta, melainkan juga di kota-kota lain seperti di Bogor, Bandung, Surabaya, Malang, Padang, Denpasar. Karena kendaraan ini sangat praktis dan mampu menjangkau jalan-jalan yang sempit, dan dapat melaju jauh lebih cepat daripada becak.
Bemo yang mulanya beroperasi seperti taksi, belakangan dibatasi daerah operasinya di rute-rute tertentu saja, dan akhirnya disingkirkan ke rute-rute kurus yang tak disentuh bus kota. Di Jakarta, bemo mulai disingkirkan pada 1971.
Bemo lahir pada tahun 1957 dari rahim pabrikan otomotif asal Jepang, Daihatsu, yang diberi nama Midget. Daihatsu Midget ini disebut memiliki arti kerdil, karena memang desainnya cukup mungil, dengan sedikit moncong ke depan mirip bajaj.
Disebutkan bahwa Daihatsu Midget ini merupakan model pertama Daihatsu yang masuk pasar otomotif nasional. Hanya saja, dulu Daihatsu Midget bukan diperuntukkan sebagai kendaraan penumpang, melainkan komersil untuk pengangkut barang.
Uniknya, model pertama Midget atau Model DK ini tidak menggunakan pintu dan kemudinya dibuat mirip sepeda motor atau stang, dengan atap terbuat dari bahan kanvas atau terpal.
Midget memiliki dimensi panjang 2.540 mm, lebar 1.200 mm, dan tinggi 1.500 mm. Kendaraan ini hanya bisa mengangkut satu penumpang.
Dengan mesin tersebut, Midget ini mampu melaju dengan kecepatan maksimum 65 km/jam.
Model Bemo Untuk Indonesia
Setelah dua tahun berselang atau sekitar akhir 1959, Daihatsu merombak Midget atau Model DK dan menggantinya dengan sebutan Model MP. Model MP ini merupakan cikal bakal bemo yang beredar di Indonesia.
Ubahan jelas sangat terlihat pada Model MP, seperti bagian hidung lebih panjang lengkap dengan pintu dan menggunakan setir bundar sehingga lebih mudah dikendarai.
Dimensi Model MP lebih besar dibandingkan model sebelumnya, yakni panjang 2.970 mm, lebar 1.295 mm, dan tinggi 1.455 mm.
Kapasitas tempat duduk dua orang. Namun karena di Indonesia digunakan sebagai angkutan umum, maka bagian bak belakang sedikit diubah, sehingga dapat menampung enam orang penumpang.
Mesin Model MP ini menggunakan tipe ZA juga sama seperti Model DK yang mampu menyemburkan daya 10 Tk.
Kendaraan roda tiga ini hingga akhirnya tak lagi diproduksi Daihatsu pada 1972. Hal ini karena Daihatsu kalah pamor dengan Toyota yang sudah lebih dulu membuat kendaraan roda empat yang daya tampungnya juga lebih besar yaitu Toyoace.
Namun demikian, penerus Daihatsu Midget bereinkarnasi pada 1996 yang disebut Midget II. Desainnya lebih keren, mobil ini pun tak lagi menggunakan roda tiga tetapi telah roda empat.
Advertisement
Dimusnahkan
Setelah lama beroperasi, Bemo akhirnya harus menghilang dari aspal Jakarta. Ini menyusul dengan kebijakan Pemprov DKI Jakarta yang terus menggalakkan razia terhadap kendaraan roda tiga tersebut.
Dinas Perhubungan DKI Jakarta pun mulai memusnahkan bemo hasil razia di sejumlah wilayah di ibu kota, Selasa 1 Agustus 2017. Satu per satu bemo, kendaraan moda transportasi yang sudah puluhan tahun mengabdi kepada warga Ibukota ini dibongkar.
Petugas kemudian memotong-potong bodi dengan mesin las. Bagian demi bagian dipotong, hingga tak lagi berbentuk.
Ini merupakan proses pemusnahan bemo yang dilakukan Dinas Perhubungan, di pool Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.
Di tempat ini ada 30 bemo hasil razia dari sejumlah lokasi di Jakarta Pusat dan Jakarta Barat, yang harus dimusnakan. Karena sejak 6 Juni lalu, Pemprov DKI mengharuskan seluruh bemo yang tak layak diganti dengan model baru yang menggunakan bahan bakar gas.
Dishub DKI Jakarta kemudian berencana menjadikan bemo sebagai ornamen Jakarta di tempat-tempat pariwisata. Dishub akan berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta untuk merealisasikan rencana tersebut.
"Bemo kan punya nilai historis di Jakarta. Supaya tidak hilang, mungkin saja kan ditawarkan untuk restoran sebagai ornamen-ornamen," kata Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Sigit Wijatmoko.
Saksikan video pilihan berikut ini: