Liputan6.com, Jakarta - Serikat Pekerja PT Garuda Indonesia (Persero) bersatu membeberkan penyebab masalah tertundanya (delay) penerbangan pada Desember 2017.
Ketua Umum Serikat Karyawan Garuda (Sekarga) Ahmad Irfan mengungkapkan, pada 10 November 2017 telah dilakukan pergantian sistem penugasan petugas kabin dan pilot di Garuda Indonesia. Sistem tersebut pun belum bekerja secara sempurna.
"10 November kita ganti sistem penugasan pilot dan awak kabin tanggal 1 Desember Gunung Agung meletus sistem ini belum sempurna," kata Ahmad, di Jakarta, Selasa (23/1/2018).
Baca Juga
Advertisement
Akibat sistem yang belum bisa bekerja sempurna, pergerakan pilot serta awak kabin belum sinkron dengan jadwal penerbangan. Hal itu membuat terjadi kekacauan jika terjadi perubahan jadawal penerbangan karena pilot dan awak kabin belum siap.
Puncak kekacauan pada 1 Desember 2017 ketika Gunung Agung meletus, untuk menjaga keselamatan penerbangan banyak yang mengalami perubahan, tetapi petugas tidak mendapat informasi dengan baik.
"Kalau sistem yang lama, pesawat cancel crew tidak bergerak, yang ini pesawat cancel crew bergerak. Padahal waktu sistem ini dimigrasikan opsi yang terjadi minimal cukup bagus," jelas dia.
Sementara itu, Presiden Asosiasi Pilot Garuda Bintang Hardiono mengungkapkan, perubahan sistem merupakan salah satu kebijakan pihak manajemen yang menjadi kendala di Garuda Indonesia. Kondisi ini berdampak pada penundaan berbagai jadwal penerbangan pada Desember 2017.
"Ujung permasalahan kemarin waktu Garuda terjadi delay Desember waktu peak season.itu membuat kami merasa kenapa Garuda sedemikian rupa, kami mencoba melayani dengan baik tapi ada komplain akan terjadi konflik di lapangan," tutur dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ketepatan Waktu Penerbangan Garuda Indonesia Hanya 86,4 Persen
Sebelumnya, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan angka ketepatan waktu terbang atau on time performance (OTP) sepanjang 2017 hanya 86,4 persen. Angka ini diakui manajemen tidak sesuai target yang di kisaran angka 90 persen.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Helmi Imam Satriyono mengatakan, Garuda Indonesia beralasan tak maksimalnya OTP tersebut lebih banyak karena insiden Gunung Agung di Bali.
"Pada akhir tahun kita menghadapi kejadian erupsi Gunung Agung yang menjadikan rotasi pesawat Garuda Indonesia jadi berdampak pada performance kami," kata dia di Jakarta, Selasa (23/1/2018).
Meski begitu, ditegaskan Helmi, hal itu akan lebih baik di 2018. Tahun ini, manajemen menargetkan OTP meningkat drastis di angka 91 persen.
Upaya tersebut bisa tercapai dengan berbagai perbaikan pelayanan yang dijanjikan perusahaan.
Dalam pelaksanannya, sebagai maskapai bintang lima, Garuda juga akan meningkatkan kualitas kemanan dan keselamatan penerbangan.
Tidak hanya itu, demi meingkatkan kinerja perusahaan. Helmi mengaku, utilitas pesawat Garuda Indonesiajuga bakal diatur dan ditingkatkan, tanpa mengurangi aspek keselamatan penerbangan.
"Utilitas pesawat kita juga akan diperbaiki, tahun lalu itu setiap pesawatnya 9 jam 36 menit dan tahun 2016 8 jam 50 menit. Sementara tahun ini kita tingkatkan menjadi 10 jam," pungkas dia.
Advertisement