Liputan6.com, Palembang - Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Selatan (Pilkada Sumsel) 2018 diikuti oleh anak Gubernur Sumsel, Dodi Reza Alex Noerdin. Putera sulung Gubernur Sumsel Alex Noerdin ini maju sebagai calon gubernur (cagub), didampingi Ketua DPRD Sumsel, Giri Ramandha Kiemas.
Menurut mantan Wali Kota (Wako) Palembang Eddy Santana Putera (ESP), beberapa pasangan calon (paslon) yang maju Pilkada Sumsel masih belum memahami dunia perpolitikan.
Baca Juga
Advertisement
Ada yang baru beberapa bulan dilantik sebagai bupati di salah satu kabupaten di Sumsel dan ada yang tidak dikenal oleh warga Sumsel.
Bahkan ada yang dinilainya masih anak-anak, namun tiba-tiba maju di Pemilihan Gubernur Sumsel 2018.
Salah satu nama yang disebut ESP adalah Dodi Reza Alex Noerdin. Anak Gubernur Sumsel ini, dinilai ESP masih terlalu dini untuk maju di Pilkada Sumsel.
“Dodi Reza itu masih anak-anak di perpolitikan Sumsel. Di Pilkada Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) 2011 saja kalah. Tapi kompetisi ini bersaing dengan bapaknya, bukan dengan anaknya. Anaknya hanya tidur saja,” ujarnya kepada Liputan6.com, Selasa, 23 Januari 2018.
“Ada bapaknya, anaknya, nanti adiknya, kapan kita-kita lagi. Tidak boleh ada politik dinasti, gantianlah,” katanya.
Dengan dihapuskannya sistem politik dinasti, lanjut ESP, bisa memunculkan orang-orang baik.
Jika tidak, ESP menilai akan timbul komplotan orang-orang jahat yang muncul dan memimpin daerah, termasuk menjadi Gubernur Sumsel.
Sindir Wagub Sumsel
Untuk maju di Pilkada Sumsel, hanya beberapa orang saja di Sumsel yang sudah berpengalaman di birokrasi dan perpolitikan Sumsel.
Yaitu Gubernur Sumsel Alex Noerdin, mantan Gubernur Sumsel Syahrial Oesman, Wakil Gubernur (Wagub) Sumsel Ishak Mekki dan dirinya yang sudah 25 tahun di birokrsi.
Namun hanya satu orang yang maju di Pilkada Sumsel yakni Ishak Mekki. Namun Wagub Sumsel dinilainya salah memilih wakil untuk maju Pilgub Sumsel.
Ishak Mekki menggandeng wakilnya Yudha Pratomo, anak Gubernur Sumsel 2008, Mahyuddin. Padahal sebelumnya berhembus kabar Wagub Sumsel akan menggandeng ESP.
“Pasangannya itu tidak dihitung sekarang. Pertandingan (Pilkada Sumsel) bukan untuk Ishak Mekki lagi. Kalau dengan saya (pasangannya), pertandingannya akan kuat,” katanya.
Kepemimpinan Sumsel juga dinilainya masih belum maksimal, seperti tingginya jumlah warga miskin di Sumsel, serta tidak ada pembangunan yang berarti.
Proyek Light Rail Trail (LRT) di Sumsel menurutnya adalah program Presiden Joko Widodo.
Bahkan pembangunan kawasan Jakabaring Sport City (JSC) Palembang juga adalah hasil kerja keras pemimpin Sumsel sebelumnya.
“Soal banyaknya even olahraga internasional di Sumsel, jangan lepaskan dari pendahulu. Jangan asal klaim (kesuksesannya). Ada jasa-jasa gubernur terdahulu," ujarnya.
Advertisement
Keluarga Mantan Presiden
Batalnya ESP maju sebagai kandidat Pilkada Sumsel, diakuinya karena tidak mendapatkan restu dari partainya.
PDI-Perjuangan lebih memilih mengusung Giri Ramandha Kiemas, yang masih mempunyai hubungan keluarga dengan Ketua Umum PDI-Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.
Giri Ramandha Kiemas merupakan keponakan dari suami Megawati Soekarnoputri, almarhum Taufik Kiemas.
Namun ESP tidak membeberkan alasan pasti dukungannya berpindah ke Giri Ramandha Kiemas.
“Saya tidak tahu, apa syahwat kekuasaan atau syahwat kekeluargaan. Tapi menurut saya, semuanya,” katanya.
Kendati gagal maju di Pilkada Sumsel, ESP yakin bisa mendapatkan suara untuk maju di Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 di bursa DPR RI.
Namun, lagi-lagi ESP masih bungkam apakah partai berlambang banteng ini akan mengusungnya di Pileg 2019 nanti.
“Insyaallah (maju Pileg DPR RI), kemungkinan besar jadi. Saya punya keyakinan pribadi, diatas 100 ribu bisa dapat suara,” katanya.
Bantah Dinasti Politik
Sebelumnya, Gubernur Sumsel Alex Noerdin, yang juga menjabat sebagai Ketua DPD Partai Golkar Sumsel mengakui, akan menjadi juru kampanye (jurkam) anaknya, saat memasuki masa kampanye Pilkada Sumsel.
Dirinya berjanji akan cuti dari jabatannya sebagai Gubernur Sumsel, hanya saat masa kampanye saja dan tidak sampai satu bulan lamanya.
“Proses cuti sedang dilakukan dan suratnya belum dikeluarkan,” katanya.
Ketika ditanyakan tentang isu politik dinasti yang menerpa dirinya dan anaknya, Alex Noerdin langsung membantah.
Politik dinasti dimatanya, adalah jabatan yang sudah diberikan ke anaknya sedari lahir. Namun hal ini berbeda dengan dirinya dan keluarganya
“Kalau dinasti itu, baru lahir sudah jadi raja. Kalau Dodi kan tidak, harus melalui proses pilkada. Kalau menang, dia jadi (Gubernur), tapi kalau kalah, ya tidak jadi,” ungkapnya.
Majunya putera sulungnya tersebut, diklaimnya karena keinginan anaknya sendiri. Mantan Bupati Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) ini melihat sosok Dodi Reza sudah dianggap berkompeten untuk memimpin Sumsel.
"Ini bukan asal dorong, saya anggap dia mampu. Bukan hanya dari omongan saja, tapi kenyataannya (berkompeten)," ungkapnya.
Advertisement