Liputan6.com, Jakarta - PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) atau GMF Aero Asia mengincar dana segar dengan melakukan penambahan modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau private placement.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti ditulis Rabu (24/1/2018), perseroan akan menambah modal tanpa HMETD sebanyak-banyaknya 10 persen dari modal disetor perusahaan.
Untuk melakukan aksi korporasi itu, perseroan akan meminta persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Selasa 6 Maret 2018.
Manajemen PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk memastikan kalau saat ini proses pelepasan saham kepada investor strategis dan pemilihan investor strategis masih terus berlangsung dengan cermati berbagai aspek pendukung. Saat ini, perseroan belum ada keputusan mengenai investor strategis terpilih.
Baca Juga
Advertisement
"GMF sebagai perusahaan MRO terbesar di Indonesia merupakan industri strategis yang saat ini sudah menjadi perusahaan terbuka sehingga keputusan manajemen harus memperhatikan aspek kehati-hatian, keterbukaan, dan senantiasa memperhatikan kepentingan stakeholders dan shareholders," ujar Direktur Utama PT GMF AreoAsia Iwan Juniarto seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Iwa menuturkan, pemilihan investor strategis tetap harus ikuti proses dan prosedur yang sesuai dengan prinsip dari tata pengelolaan perusahaan yang baik.
"GMF mengharapkan perusahaan yang akan menjadi investor strategis tidak hanya mendukung dalam bentuk dana investasi, namun juga bisa melakukan transfer knowledge untuk menambah kapabilitas, membawa pasar dan dapat meningkatkan brand dari GMF," kata dia.
Adapun pemilihan investor strategis sudah mulai dilakukan sejak kuartal IV 2017 lalu dan dibantu BNP Paribas sebagai financial advisors yang ditunjuk.
"Saat ini sedang dalam proses due dilligence kepada beberapa calon investor strategis yang menjadi kandidat dan sebaliknya," kata Iwan.
Adapun proses pemilihan ditargetkan selesai pada akhir kuartal I 2018 atau awal kuartal II 2018. Iwan menambahkan, pihaknya tidak hanya memilih perusahaan dengan penawaran terbaik, tetapi juga mengharapkan adanya nilai tambah yang untungkan kedua belah pihak.
Pada perdagangan saham sesi pertama, saham PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk atau GMF Aero Asia turun 1,05 persen ke posisi Rp 378. Total frekuensi perdagangan saham 363 kali dengan nilai transaksi Rp 1,2 miliar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sinergi GMF dan Perusahaan Australia Rawat Boeing dan Airbus
Sebelumnya, PT Garuda Maintenance Aero Asia Tbk (GMF) menandatangani kontrak Strategic Partnership dengan KORR Group untuk international footprint di Australia. Kerja sama ini meliputi pengerjaan line maintenance empat pesawat, yakni tipe Boeing 737, Boeing 787, Airbus A320, dan Airbus A330.
Penandatanganan kontrak strategic partnership ini merupakan tindak lanjut dari nota kesepahaman yang diteken pada 2 Juni 2017. Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Line Operations GMF Aero Asia Tazar Marta Kurniawan dan Founder & Direktur KORR Group Bevan Coote. Hadir menyaksikan penandatanganan tersebut Direktur Utama GMF Iwan Joeniarto.
Iwan Joeniarto mengatakan bahwa kerja sama dengan perusahaan asal Australia ini merupakan salah satu strategi ekspansi bisnis International Footprint GMF. Pasalnya, GMF dan KORR Group sepakat untuk bekerja sama dalam pengerjaan line maintenance untuk pesawat tipe Boeing 737, Boeing 787, Airbus A320, dan Airbus A330.
“Kerja sama strategis ini diharapkan mampu melancarkan ekspansi GMF ke luar negeri, terutama area Australia yang memiliki potensi pasar perawatan yang cukup tinggi khususnya dalam bidang line maintenance,” kata Iwan dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (29/12/2017).
Direktur Line Operation GMF, Tazar Marta Kurniawan mengatakan, pengerjaan line maintenance terhadap empat unit pesawat tersebut akan mulai direalisasikan pada 2018. Pekerjaan ini berlangsung di kawasan Melbourne, Sydney dan Perth.
Lebih jauh, katanya, kerja sama ini diharapkan menjadi pintu gerbang untuk dapat menarik maskapai berdomisili Australia dalam melakukan perawatan armadanya. Australia memiliki pasar yang cukup besar untuk perawatan pesawat yang masih banyak dilakukan di luar Negeri Kanguru itu.
"Dari sisi kualitas, GMF dapat bersaing dengan perusahaan MRO kelas dunia lainnya. Kami butuh eksistensi di tengah pasar agar dapat menyerap pendapatan yang lebih besar lagi,” ujar Tazar.
Upaya ini merupakan langkah nyata GMF dalam melakukan ekspansi bisnisnya dan mencapai target menjadi salah satu dari 10 besar perusahaan MRO di dunia.
“Setelah Batam dan Korea Selatan, Australia ini menjadi area ketiga yang dijajaki, dan segera menyusul area Timur Tengah,” papar Tazar.
Sementara itu, Bevan Coote mengatakan, KORR Group membuka kesempatan bersinergi dengan GMF karena keahlian dan kapabilitas GMF sebagai perusahaan jasa perawatan pesawat yang sudah diakui dunia dengan fasilitas berkualitas tinggi. Selain itu, faktor lainnya adalah budaya kerja yang baik.
“Kami bekerja dalam harmoni, profesionalitas, dan saling menghargai satu sama lain. Itu yang kami temukan di GMF,” tegasnya.
Advertisement