Liputan6.com, Benghazi - Serangan bom mobil ganda hantam kawasan dekat masjid di Benghazi, Libya, menewaskan sekitar 33 orang dan melukai 50 lainnya, menurut laporan pejabat keamanan senior setempat pada 23 Januari 2018.
Serangan ganda itu terjadi dalam rentang waktu yang berdekatan, sekitar 10-15 menit antara masing-masing kejadian.
Baca Juga
Advertisement
Bom mobil pertama terjadi di luar kompleks masjid di Distrik Al Salmani, Benghazi timur, Libya sekitar pukul 20.20 malam waktu setempat, bertepatan dengan waktu ibadah malam para jemaah. Demikian seperti dikutip dari Independent (24/1/2018).
Selang 10 - 15 menit kemudian, serangan bom kedua dari sebuah mobil Mercedes terjadi tepat di seberang jalan ledakan pertama.
Ledakan kedua -- yang lebih dahsyat dibanding bom pertama -- terjadi tepat ketika aparat medis dan keamanan tengah merespons kejadian awal, mengakibatkan jumlah korban yang lebih banyak dan merusak sebuah mobil ambulans.
Korban dari kedua peristiwa itu meliputi personel militer dan warga sipil. Hingga kini, otoritas Benghazi, Libya masih menyelidiki peristiwa tersebut.
Korban Tewas Diperkirakan Bertambah
Petugas medis setempat memperkirakan, jumlah korban tewas dapat meningkat, karena beberapa korban luka dalam kondisi kritis.
Salah satu korban tewas adalah Ahmed Al Feitouri, pemimpin unit investigasi dan penangkapan yang bertugas untuk Komando Pasukan Keamanan Libya Timur -- sebuah milisi lokal di Libya.
Korban lainnya termasuk seorang warga Mesir yang dipekerjakan di sebuah toko sayuran di depan masjid.
Seorang pejabat intelijen Libya, Mahdi al-Fellah, dilaporkan terluka.
Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas pengeboman tersebut.
Di sisi lain, PBB telah mengecam serangan di masjid di Benghazi, Libya itu, dengan mengatakan bahwa serangan yang disengaja atau tidak terhadap warga sipil dilarang menurut hukum internasional dan merupakan kejahatan perang.
Advertisement
Benghazi, Wilayah Konflik
Benghazi merupakan lokasi dari konflik bersenjata yang telah berlangsung selama lebih dari tiga tahun, dari 2014 sampai akhir tahun lalu.
Konflik itu melibatkan Khalifa Haftar dari Tentara Nasional Libya (LBA) yang berbasis di Libya timur melawan militan religius setempat.
Pada Desember 2017 lalu, Haftar mengklaim telah menanggulangi kelompok militan religius setempat. Meski demikian, kelompok militan itu diduga masih mendalangi sejumlah serangan bom di Benghazi, dan sering kali menyasar tempat peribadatan.
Konflik bersenjata di Benghazi adalah bagian dari konflik yang lebih luas yang berkembang di Libya setelah mantan penguasa Muammar Gaddafi dilengserkan dari kekuasaan dan terbunuh dalam pemberontakan yang didukung oleh NATO pada 2011.
Sejak 2014, Libya telah terbelah menjadi dua pemerintahan -- di timur dan barat -- yang saling bersaing untuk merebut kekuasaan tunggal. Masing-masing pemerintahan itu didukung oleh berbagai suku dan milisi.
PBB mendukung pemerintah yang bersatu yang beribu kota di Tripoli, Libya barat.
Konflik menahun juga menyulut masalah sampingan, yakni ketidakpastian hukum di Libya.
Hal itu memicu tumbuh suburnya aktivitas penyelundupan manusia yang memanfaatkan migran dan pencari suaka Libya yang mencoba melakukan perjalanan ke Eropa.