Fadli Zon, Mesin Tik dan Kacamata Daoed Joesoef

Wakil Ketua DPR Fadli Zon punya kenangan tentang almarhum Daoed Joesoef, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 24 Jan 2018, 18:36 WIB
Karangan bunga duka cita atas meninggalnya Daoed Joesoef berdatangan ke rumah duka (Liputan6.com/ Muhammad Radityo Priyasmoro

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua DPR Fadli Zon punya kenangan tersendiri tentang almarhum Daoed Joesoef, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Sebuah mesin ketik dan kacamata sempat diberikan Daoed kepada Fadli saat bertandang ke rumah orang penting pada era Presiden Soeharto itu.

"Ya enam tahun lalu saya diundang ke rumahnya, lalu diberikan mesin ketik dan kacamatamya yang sudah tak terpakai," kata Fadli di rumah duka, Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (24/1/2018).

Mesin ketik tersebut, lanjut dia, merupakan harta karun sang almarhum untuk mencetak tulisan-tulisan yang inspiratif. Saking inspiratifnya, Fadli menyebut Daoed adalah seorang yang multidimensi.

"Saya melihat Beliau manusia multidimensi, pemikir, seniman budayawan visioner dan penulis yang prolifik yang aktif," jelas politikus Gerindra ini.

Fadli juga mengenang Daoed Joesoef lewat kebijakan kontroversialnya saat menjabat sebagai Menteri Pendidikan Kebudayaan, yakni melarang politik dalam kampus.

"Saat normalisasi kehidupan kampus dan itu masa-masa politik yang cukup dinamis. Walau begitu, Beliau sangat terbuka untuk berdiskusi," Fadli menutup.

 


Sakit Jantung

Pelayat berdatangan ke rumah duka Daoed Joesoef (Liputan6.com/ Muhammad Radityo Priyasmoro

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan era Presiden Soeharto, Daoed Joesoef, meninggal pada usia 91 tahun. Keluarga menuturkan, almarhum Daoed meninggal karena penyakit jantung yang diidapnya selama 18 tahun.

"Sakit jantung, sudah dipasang ring sejak umur 73 tahun," kata Bambang Pharmasetiawan, menantu dari almarhum Daoed di rumah duka, Jalan Bangka VII Dalam, Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (24/1/2018).

Bambang mengenang, Daoed Joesoef adalah seorang tegas dan keras kepala. Berulang kali keluarga mendesak untuk dirawat di rumah sakit, tapi Almarhum berkeras ingin di rumah saja.

"Baru setelah ulang tahun cicitnya usia pertama, almarhum baru mau masuk RS, tiba-tiba saja akhirnya mau pada pertengahan Januari," kata dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya