Liputan6.com, Jakarta - Seorang anak SMA berjalan di tengah keramaian menuju sekolahnya. Ia berparas cantik dengan rambut yang dibiarkan terurai panjang. Ia adalah Milea Adnan Husain (Vanesha Prescilla), siswi pindahan dari Jakarta ke Bandung, Jawa Barat.
Tak berapa lama, seorang siswa bernama Dilan (Iqbaal Ramadhan) menyapa, "Kamu Milea, ya?" katanya dengan mengendarai sepeda motor Honda CB 100. "Iya," jawab Milea dengan datarnya.
Dengan percaya diri, Dilan berujar, "Aku ramal, nanti kita akan bertemu di kantin."
Baca Juga
Advertisement
Sesaat kemudian, Dilan melesat dengan Honda CB 100-nya, meninggalkan Milea yang terus berjalan dengan penuh tanda tanya. Itulah pertemuan pertama antara Dilan dan Milea. Pertemuan yang membawa perubahan besar bagi hidup mereka.
Itu bukan ramalan pertama, karena ada ramalan kedua, dan ketiga. Setelahnya, Dilan memiliki cara-cara yang lebih unik lagi untuk meluluhkan hati Milea. Di balik predikatnya sebagai Panglima Tempur dan ketua geng motor, Dilan menyimpan kelembutan hati.
Dilan mengerti bagaimana membuat Milea tersenyum, membuatnya merasa aman, membuatnya terbiasa mendengar kalimat-kalimat manis di balik gaya bertuturnya yang baku seperti Sutan Takdir Alisjahbana. Hingga akhirnya, Milea tak bisa melawan perasaan untuk ingin memiliki Dilan.
Dilan
Saat trailer film Dilan 1990 resmi dirilis, banyak orang menyimpan keraguan, apalagi karena peran Dilan diperankan oleh Iqbaal. Sejumlah pihak pun mulai sangsi, apakah filmnya mampu menyamai kesuksesan novel yang dikarang oleh Pidi Baiq itu?
Apakah Iqbaal mampu menjadi Dilan, siswa yang hobi tawuran bersama genk motornya? Siswa yang sering dapat hukuman di sekolah karena kerap membuat keonaran. Ya, image Iqbaal sebagai mantan penyanyi cilik tampaknya masih bergelayut di benak banyak orang. Hingga peran Dilan untuk Iqbaal sempat diragukan.
Namun semua keraguan itu terpatahkan. Profesionalisme membuat Iqbaal menjelma menjadi sosok Dilan seutuhnya, seperti apa yang telah digambarkan Pidi Baiq dalam novelnya.
Dilan si Panglima Tempur yang berhati lembut dan mampu bertutur manis pada wanita yang dicintainya. Iqbaal berhasil menyampaikan sosok Dilan hingga membuat penonton baper dengan segala kalimat puitisnya.
Advertisement
Milea
Begitu juga dengan penokohan Milea. Benar kata Pidi Baiq, karakter Vanesha Prescilla sudah sangat menggambarkan sosok Milea. Imajinasi pembaca tentang Milea benar-benar tervisualisasi melalui diri Vanesha Prescilla.
"Yang paling sulit jadi Milea sih enggak ada, soalnya aku dari awal ditunjuk jadi Milea sama ayah itu sudah dibilangin, 'Kamu apa adanya aja' karena menurut ayah aku tuh sudah kayak Milea. Tapi tetap aku harus jaga karakternya," jelas Vanesha saat berkunjung ke redaksi Liputan6.com beberapa waktu lalu.
Meski begitu, bukan berarti tak ada celah. Akting Vanesha Presscilla tampak kurang menjiwai dan tak luwes ketika dituntut untuk beradegan dengan sisi emosional tingkat tinggi, seperti saat menangis, dan marah.
Celah ini agaknya bisa menutup seiring dengan berjalannya waktu, sesuai jam terbangnya sebagai seorang aktris. Sekadar informasi, Dilan 1990 merupakan debut pertama Vanesha Prescilla di dunia perfilman.
Alur Film Setia dengan Novel
Novel Dilan 1990 sendiri sudah memiliki cerita yang sangat kuat sehingga tak perlu ada pengembangan alur cerita berlebihan dalam filmnya. Hal inilah yang dijaga Pidi Baiq beserta sutradara, Fajar Bustomi.
Alur cerita film Dilan 1990 memang identik dengan novelnya. Hal ini tentunya juga menjadi angin segar bagi pencinta garis keras novel Dilan 1990 yang mengharap keselarasan alur cerita antara novel dengan film.
Advertisement
Adegan Dipotong
Meski begitu, tentu tak bisa semua cerita dalam novel dituangkan ke dalam film. Ada beberapa adegan yang dipotong. Sayang sekali, sutradara memutuskan untuk mengorbankan adegan Milea dibonceng motor oleh Dilan di tengah hujan.
Padahal, adegan ini begitu membekas di benak pembaca karena terselip dialog yang sangat manis. Dialog itu tak dimunculkan dalam filmnya. Adegan ini hanya dijadikan penutup, dengan durasi yang amat singkat. Meski begitu, kekurangan ini tak merusak keutuhan alur cerita.
Diwawancarai usai premier filmnya, Fajar Bustomi menjelaskan keharusannya dalam memotong beberapa adegan. "Pas ditawarin garap, wah senang banget. Enggak ngomong lama, enggak mikir lama-lama, langsung 'iya'. Penginnya apa yang saya baca itu keluar semua (dalam film). Tapi inilah film, kita tidak seluas novelnya yang bisa beratus-ratus halaman," jelas sang sutradara, Fajar Bustomi.
Walau begitu, Pidi Baik tak kecewa dengan hasil akhirnya. "Tapi kemarin sempat nonton berdua sama ayah Pidi, dia happy banget," ucapnya.
Penggambaran Latar
Mengenai latar Bandung di tahun 1990-an agaknya juga masih menemukan setitik celah. Selain penggunaan berbagai kendaraan yang memang hits digunakan di masa itu, tak ada lagi ciri khas mendetail atau tata kota yang menggambarkan bahwa film itu diambil di era 1990-an.
Film ini akan tayang di bioskop Tanah Air mulai 25 Januari 2018.
Advertisement