Liputan6.com, Jakarta - Toys R Us berencana menutup 180 toko di Amerika Serikat (AS). Ini sebagai upaya merestrukturisasi perusahaan dan perlindungan dari kebangkrutan.
Akan tetapi, penutupan masih memerlukan persetujuan pengadilan. Di sisi lain, manajemen berencana menutup toko di sejumlah lokasi mulai awal Februari hingga pertengahan April.
"Untuk kembali memperkuat atau menemukan merek, kami harus membuat keputusan yang sulit mengenai prioritas dan fokus kami. Tindakan yang kami lakukan diperlukan untuk memberi kesempatan terbaik agar perusahaan lebih layak dan kompetitif," ujar Chief Executive Officer (CEO) dan Chairman Toys R Us David Brandon, seperti dikutip dari laman CNBC, Kamis (25/1/2018).
Adapun, toko Toy R Us yang masih berdiri akan bertambah nama menjadi Toys R Us and Babies R Us stores. Pada empat bulan lalu dan sebelum musim belanja liburan, Toys R Us mengajukan perlindungan kebangkrutan. Ini karena penjualan berkurang dan utang menumpuk.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, toko tersebut juga hadapi persaingan meningkat dari Amazon, Walmart, dan Target. Apalagi kini masyarakat juga lebih memilih untuk belanja online. Toys R Us pun berjuang untuk memenuhi pola belanja masyarakat yang sudah berubah tersebut.
Toys R Us mengatakan, kalau pihaknya akan fokus pada peningkatan pengalaman belanja di toko dan online. Selain itu juga berencana mengubah program untuk menarik lebih banyak konsumen.
Presiden Toys R Us di Kanada, Melanie Teed-Murch mengatakan, kalau sekitar 83 toko Toys R Us di Kanada tidak terpengaruh dengan penutupan di AS. Di Kanada, Toys R Us mengambil langkah tambahan untuk meningkatkan pengalaman pelanggan.
"Secara keseluruhan dengan promosi menarik, perbaikan pemasaran, pemasaran lewat mobile phone, dan digital, serta program lainnya," ujar Teed Murch.
Analis prediksi, peritel Target menjadi pemenang terbesar usai Toys R Us menutup beberapa gerai di AS.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ajukan Pailit
Sebelumnya, Toys 'R' Us Inc, perusahaan ritel mainan terbesar di Amerika Serikat (AS) mengajukan kepailitan pada awal pekan ini. Ini menunjukkan gangguan di industri ritel lantaran maraknya belanja online dan rantai diskon.
Pengajuan kepailitan tersebut termasuk yang terbesar dan menyebabkan kekhawatiran terhadap prospek 1.600 gerai Toys R Us Inc dan 64.000 karyawan. Rencana pengajuan kepailitan ini hadir menjelang musim liburan. Toys R Us ajukan petisi di pengadilan untuk distrik timur Virgina, Richmond, Virginia.
"Ini akan membawa bab penuh gejolak dalam sejah perusahaan Toys R Us Inc," ujar Neil Saunders, Direktur Pelaksana GlobalData Retail, seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa 19 September 2017.
Selain itu, Toys 'R' Us Inc mengatakan kalau pihaknya menerima komitmen untuk pembiayaan lebih dari US$ 3 miliar, termasuk sindikat bank yang dipimpin oleh JP Morgan dan beberapa kreditur.
Manajemen mengatakan, kalau pendanaan baru itu diharapkan dapat tunduk pada persetujuan pengadilan. Ini agar memperbaiki kesehatan keuangaan perusahaan dan mendukung operasi yang sedang berlangsung selama proses pengawas pengadilan.
Perusahaan memiliki utang sebesar US$ 4,9 miliar dengan pembayaran bunga sebesar US$ 400 juta yang jatuh tempo pada 2018. Kemudian US$ 1,7 miliar pada 2019.
"Ini menandai awal era baru di Toys R Us di mana kami berharap kendala keuangan yang dapat menahan kami akan ditangani dengan yang langgeng dan efektif," ujar Dave Brandon, CEO Toys R Us.
Saham-saham perusahaan mainan AS yaitu Mattel Inc dan Hasbro Inc pun terkena imbas pengajuan kepailitan Toys R Us. Saham Mattel turun 5,7 persen menjadi US$ 14,95, saham Hasbro tergelincir 1 persen. Sedangkan perusahaan mainan AS yang lebih kecil tapi juga mengandalkan Toys R Us untuk bisnisnya turun 7,2 persen menjadi US$ 2,83.
"Jika ada arsip kebangkrutan, itu akan gangguan besar bagi semua pemasok mainan. Toys R Us harus memiliki dana untuk mendapatkan barang dagangan sehingga tetap dijual menjelang musim liburan," ujar CEO Konsultan Ritel Klosters Trading Corp Lutz Muller.
Advertisement