Belum Ada Dapur Umum, Korban Gempa Banten Masak Pakai Kayu Bakar

Bahkan, perlengkapan bayi dan alas tidur yang mereka butuhkan saat ini pun belum juga disalurkan oleh pemerintah daerah.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 25 Jan 2018, 06:37 WIB
Suasana pengungsian korban gempa Banten di Bogor, Jawa Barat. (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Liputan6.com, Bogor - Sudah dua hari korban gempa Banten di Kabupaten Bogor, Jawa Barat tinggal di tenda pengungsian. Namun demikian, di posko pengungsian belum ada dapur umum yang menyediakan makanan siap konsumsi.

Salah satunya pengungsi dari Kampung Melani dan Nirmala, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.

Pengungsi korban gempa Banten di Bogor ini menerima bantuan logistik makanan mentah berupa mi instan dan beras. Namun harus memasak sendiri secara darurat di Posko milik Brimob.

"Belum ada (dapur umum). Kalau lapar kami masak sendiri," kata Alis (32) warga Kampung Melani, Malasari, Nanggung.

Selain belum ada dapur umum, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) belum mendirikan tenda pengungsian. Sejauh ini, tenda pengungsian didirikan oleh Korps Brimob dan Batalyon 14 Grup-1 Kopassus.

Bahkan, perlengkapan bayi dan alas tidur yang mereka butuhkan saat ini pun belum juga disalurkan oleh pemerintah daerah.

"Belum, tadi baru beras sama mi. Kami butuh susu, popok, dan baju hangat untuk bayi," ucap Alis.

Begitu juga warga Kampung Nirmala, mereka terpaksa mendirikan tenda sendiri untuk tinggal sementara. Karena rumah mereka rusak akibat dampak gempa di Lebak, Provinsi Banten.

Ariyani (24) mengaku terpaksa menempati tenda darurat berukuran 3x4 meter yang didirikan anggota keluarganya, pada Selasa 23 Januari 2018 sore.

"Belum ada bantuan tenda sama dapur umum. Kalau untuk makan sih tadi ada bantuan, beras sama mi," tutur ibu yang sedang hamil 9 bulan ini.

 


Takut Longsor

Suasana pengungsian korban gempa Banten di Bogor, Jawa Barat. (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Menurut dia, tidak semua rumah warga di kampung yang berpenghuni kurang lebih 200 KK ini rusak parah. Namun banyak yang memilih mendirikan tenda darurat, lantaran bukit yang berada di belakang perkampungan itu retak akibat dampak gempa pada Selasa kemarin siang.

"Bukit di belakang rumah sudah retak, kalau ada gempa lagi takut longsor," ujar Ariyani.

Ia juga mengaku, di tenda dari plastik dan ditopang dari batang bambu ini, ditempati 8 KK. Kondisi ini membuatnya sangat tidak nyaman.

Terlebih, belum ada dapur umum yang menyediakan makanan siap konsumsi, sehingga ia terpaksa memasak menggunakan kayu bakar dengan beratapkan plastik putih.

"Ya mau gimana lagi. Kita semua trauma," kata Engkan, suami Aryani.

Ketua DPRD Kabupaten Bogor Ade Ruhandi mengaku telah menerima keluhan dari para korban gempa. Ia mengaku akan secepatnya meminta BPBD segera mendirikan tenda pengungsian dan dapur umum.

"Tadi juga saya terima keluhan bahan makanan masih kurang. Nanti secepatnya saya laporkan ke Bupati," kata Ade usai meninjau lokasi bencana di Desa Malasari, Nanggung, Kabupaten Bogor.

 


Belum Ada Data Riil

Suasana pengungsian korban gempa Banten di Bogor, Jawa Barat. (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Sementara itu, hingga saat ini BPBD Kabupaten Bogor belum memberikan data riil kerusakan bangunan di beberapa wilayah kecamatan yang terdampak gempa di Lebak, Banten.

"Belum masuk semua," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupten Bogor Koesparmanto.

Data sementara pada Selasa pukul 23.WIB, kerusakan rumah mencapai 464 unit bangunan. Satu bangunan sekolah, satu masjid, dan dua mushola.

Wilayah yang paling banyak terjadi kerusakan berada di wilayah Kecamatan Nanggung, yakni ada 382 bangunan.

"Data ini masih bersifat sementara. Warga juga sudah diungsikan di tiga titik lokasi," kata Camat Nanggung Muliadi.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya