Pasang Pukat, Berhasilkah Panji Tangkap Buaya Berkalung Ban?

Ketika itu, buaya berkalung ban berada di kawasan reklamasi Pantai Talise, Teluk Palu, Sulawesi Tengah.

Oleh JawaPos.com diperbarui 25 Jan 2018, 03:00 WIB
Panji Petualang saat mengecek pukat untuk buaya berkalung ban di Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: Dite Surendra/Jawa Pos)

Palu - Sungguh berat perjuangan penyelamatan buaya berkalung ban yang dilakukan Panji Petualang dan tim Jawa Pos Group. Meskipun telah diperangkap menggunakan pukat, buaya muara ini masih berhasil lolos. Upaya yang sama masih dicoba lagi, tapi menunggu buaya berlabuh di pantai pasir.

Operasi evakuasi buaya berkalung ban menggunakan pukat mulai dilakukan menjelang pukul 10.00 WIB, Rabu, 24 Januari 2018. Ketika itu, sang buaya berada di sekitar kawasan reklamasi Pantai Talise, Teluk Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng).

"Sejak malam kami observasi, buaya itu memang kini sering tinggal di sekitar kawasan reklamasi," ucap Panji, dikutip JawaPos.com, Rabu, 24 Januari 2018.

Pemasangan pukat itu dilakukan bersama anggota Ditpolair Polda Sulawesi Tengah dan anggota Bhabinkamtibmas setempat. Juga hadir nelayan serta beberapa anggota komunitas pecinta reptil di Palu.

Pemasangan pukat itu sebenarnya sudah berhasil membatasi pergerakan dan keberadaan buaya berkalung ban.

Baca berita menarik dari JawaPos.com lain di sini.

 


Pukat Ditarik, tapi...

Warga dan petugas saat mengecek pukat untuk buaya berkalung ban di Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: Dite Surendra/Jawa Pos)

Sayang, ketika pukat mulai ditarik ke arah darat, buaya berkalung ban berhasil kabur. Bahkan, ada satu bagian pukat yang bolong.

Kemungkinan tersangkut batu lalu diserobot oleh buaya. "Sepertinya dia kabur lewat sela-sela batu," kata Panji.

Di sekitar lokasi memang masih banyak batu-batu besar yang pernah dipakai untuk menguruk pantai.

Foto yang diambil pada tanggal 27 Januari 2017 ini menunjukkan seekor buaya air asin berada di dalam air dengan kondisi lehernya terlilit ban di sungai Palu di Palu, Sulawesi Tengah. (AFP Photo/Arfa)

Panji menjelaskan, upaya penangkapan dengan pukat masih akan terus dicoba. Tapi, buaya dipancing dulu ke area pantai berpasir.

"Kalau tadi kan pantainya banyak batunya," ujar Panji Petualang.

 


'Gencatan Senjata' 2 Hari

Panji Petualang saat mencari buaya berkalung ban pada malam hari di muara Sungai Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: Dite Surendra/Jawa Pos)

Sebelumnya, upaya pencarian dan penyelamatan buaya berkalung ban yang dilakukan Panji Petualang bersama Jawa Pos Group di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), mulai membuahkan hasil. Setelah menghilang sekitar dua hari, tim mulai menemukan "rumah" baru buaya malang tersebut. Lokasinya ada di sekitar kawasan reklamasi.

Pada operasi hari ketiga, Selasa, 23 Januari 2018, dari siang hingga petang, buaya berkalung ban itu terlihat mondar-mandir di bibir Pantai Talise. Tepatnya di kawasan reklamasi di Jalan Komodo. Buaya itu sebenarnya nyaman di tempat tersebut. Meskipun terdapat sejumlah pemancing, buaya tersebut memilih kabur ketika mulai banyak orang yang melihatnya dari dekat.

Panji dibantu anggota Direktorat Polisi Air (Ditpolair) Kepolisian Daerah (Polda) Sulteng serta nelayan sebenarnya sudah sempat memasang jaring. Tujuannya untuk memagari buaya agar tidak lari terlalu jauh. Namun, upaya itu gagal, jaring milik nelayan yang sudah disiapkan kurang memadai.

"Tidak masalah kita sedang siapkan jaring berikutnya dan coba pasang di malam hari. Yang penting kita tahu dulu kebiasaan dia sekarang di situ," ucap Panji, dikutip JawaPos.com.

Ia pun mengakui, selama hampir dua hari, tim memang sempat kesulitan mencari keberadaan buaya berkalung ban. Adapun operasi penyelamatan terhadap buaya berkalung ban sudah berlangsung lima hari, tepatnya sejak Sabtu pekan lalu

Boleh dibilang dalam dua hari terakhir, Panji dan sang buaya belum bertemu kembali, seolah keduanya sedang gencatan senjata.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya