Persediaan AS Turun, Harga Minyak Reli

Persediaan minyak AS turun mempengaruh laju harga minyak dunia. Bahkan harga minyak sentuh level tertinggi dalam tiga tahun.

oleh Agustina Melani diperbarui 25 Jan 2018, 06:00 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, New York - Harga minyak reli dengan volume besar didorong persediaan minyak Amerika Serikat (AS) turun secara mingguan.

Ini mengurangi aktivitas kilang dan meningkatkan sinyal kenaikan produksi pada pekan berikutnya. Persediaan minyak AS turun 1,1 juta barel pada pekan lalu. Berdasarkan data the US Energy Information Administration (EIA), penurunan catatkan rekor lantaran menurun dalam 10 minggu ini. Stok persediaan minyak AS mencapai 411,6 juta barel, terendah sejak Februari 2015.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 1,14 atau 1,8 persen ke posisi UUS$ 65,80. Harga minyak Brent menguat 57 sen ke posisi US$ 70,53 per barel. Harga minyak tersebut mencapai level tertinggi sejak Desember 2014.

Sementara itu, lebih dari 830 ribu kontrak minyak AS berpindah tangah. Biasanya rata-rata harian sekitar 618 ribu kontrak dalam 10 bulan. Demikian mengutip Reuters, Kamis (25/1/2018).

Dolar AS melemah 0,7 persen juga membantu pergerakan harga minyak. Dolar AS tertekan usai Menteri Keuangan AS Steve Munchin menyatakan dolar AS positif untuk perdagangan AS. Dolar AS membuat harga komoditas lebih murah bagi investor memegang mata uang lainnya.

Sementara itu, produksi minyak AS naik 9,9 juta barel per hari pada pekan lalu. Angka itu mendekati rekor sepanjang masa sebesar 10,04 juta barel per hari pada 1970.

Sedangkan stok terus menurun di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma turun menjadi 39,2 juta barel terendah sejak Januari 2015. Ini mengurangi arus dari pipa Keystone sehingga membantu kurangi pasokan di sana.

Dari sentimen eksternal, saat berbicara di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Menteri Energi AS Khalid al-Falih mengatakan, dirinya tak khawatir dengan ancaman produksi Amerika Serikat. Ini mengingat ada penurunan produksi dari Venezuela dan Meksiko.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Harga Minyak Melonjak pada Perdagangan Kemarin

Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Sebelumnya, arga minyak naik lebih dari 1 persen pada perdagangan Selasa dan harga Brent yang merupakan patokan harga minyak dunia hampir menyentul level US$ 70 per barel untuk pertamakalinya dalam pekan ini.

Pendorong kenaikan harga minyak adalah prospek pertumbuhan ekonomi dunia yang positif dan juga masih berlanjutnya pengendalian produksi oleh negara anggota organisasi eksportir minyak (OPEC) dan beberapa negara lainnya.

Mengutip Reuters, Rabu 24 Januari 2018, harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) ditutup naik 90 sen menjadi US$ 64,47 per barel atau naik 1,4 persen. WTI mencapai level tertinggi sejak Desember 2014 pada 16 Januari di level US$ 64.89 per barel.

Sedangkan harga minyak mentah Brent naik 93 sen atau 1,4 persen menjadi US$ 69,96 per barel, tidak jauh dari level tertinggi tiga tahun di US$ 70,37 per barel yang dicapai pada 15 Januari.

Departemen Energi AS pada Rabu waktu setempat akan mengeluarkan data persediaan minyak mentah. Para analis memperkirakan bahwa pasokan minyak mentah di AS akan turun ke titik terendah sejak Februari 2015. Dalam jajak pendapat yang diadakan Reuters, persediaan minyak mentah AS berada di kisaran 1,6 juta barel.

"Jika data yang keluar sesuai dengan perkiraan maka harga minyak akan terus melanjutkan reli pada pekan ini," jelas analis senior CRG Associates, Andrew Lebow.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya