Akan Diperiksa soal Skandal Rusia, Trump: Saya Sangat Menantinya

Akan diperiksa soal dugaan skandal campur tangan Rusia dalam Pilpres AS 2016, Presiden Donald Trump mengatakan sangat menanti hal tersebut.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 25 Jan 2018, 10:00 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat berada di kantor Oval Gedung Putih, Washington, 16 Januari 2018. (AFP PHOTO / NICHOLAS KAMM)

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa dirinya "sangat menanti" untuk diperiksa dalam sebuah penyelidikan mengenai dugaan skandal campur tangan Rusia dalam Pilpres AS 2016, atau yang populer disebut dengan nama "Russian Meddling".

Jika diizinkan pengacaranya, Trump juga mengatakan bahwa dirinya siap untuk diinterogasi Kepala Penyelidik Khusus Kementerian Hukum AS yang menangani skandal Russian Meddling, Special Counsel Robert Mueller.

"Saya sangat menantinya. Saya ingin melakukannya sesegera mungkin," kata Donald Trump seperti dikutip dari BBC (25/1/2018).

Berbicara di Gedung Putih pada hari Rabu, 24 Januari 2018, Trump juga menyatakan bahwa dia "benar-benar" siap untuk ditanyai oleh tim penyelidik Mueller di bawah sumpah.

"Tidak ada kolusi sama sekali, tidak ada halangan apa pun," kata Donald Trump.


Dua Sampai Tiga Pekan Mendatang?

Robert Mueller adalah mantan Direktur FBI yang menjadi penasihat khusus untuk menyelidiki hubungan Trump ke Rusia. Mueller mengajukan tuntutan terhadap empat orang terkait kampanye Trump di Pilpres AS 2016. (Andrew Harrer-Pool/Getty Images/AFP)

Seperti dikutip dari BBC, pengacara Presiden Trump juga dikabarkan telah berbicara dengan tim penyelidik Robert Mueller untuk menjadwalkan sebuah wawancara.

Bentuk wawancara itu--apakah tatap muka, tertulis, atau kombinasi keduanya--masih dalam tahap pembahasan.

Terkait waktu pelaksanaan, Trump mengatakan, "Kemarin mereka telah berbicara, sekitar dua sampai tiga pekan mendatang."

Ketika ditanya apakah menurut dia Robert Mueller akan adil dalam melakukan pemeriksaan terhadap dirinya, sang Presiden AS menjawab, "Kami akan mencari tahu ... saya harap begitu."

Sepanjang tahun 2017 lalu, sang Presiden AS telah mengatakan bahwa rangkaian penyelidikan Russian Meddling adalah sebuah "tipuan" dan "perburuan penyihir" dengan Trump sebagai target utama.

Trump telah berkali-kali membantah keterlibatannya dalam dugaan skandal tersebut. Ia juga mengatakan bahwa dirinya "tidak mungkin" akan diwawancarai oleh tim penyelidik yang dipimpin oleh Mueller.

Namun pada akhirnya, Trump diduga kuat akan turut diperiksa setelah beberapa hari lalu, seorang sumber yang dekat dan paham dengan kinerja tim penyelidik Mueller mengatakan bahwa sang Special Counsel akan melakukan pemeriksaan kepada Trump beberapa waktu mendatang.

Di sisi lain, Komunitas Intelijen AS--yang turut melakukan pemeriksaan terkait Russian Meddling--telah menyimpulkan bahwa Moskow diduga kuat memiliki pengaruh dan memberikan dukungan di balik layar untuk memenangkan Trump dalam Pilpres AS 2016.

Kendati demikian, Komunitas Intelijen AS tak menjelaskan apakah Trump terlibat dalam dugaan skandal tersebut.


Individu yang Telah 'Terseret'

Michael Flynn, mantan penasihat keamanan nasional Donald Trump (AP)

Jaksa Agung AS Jeff Sessions telah diwawancarai oleh tim penyelidik Mueller selama beberapa jam pada pekan lalu.

Sessions merupakan individu pertama dari jajaran kabinet Presiden Trump yang telah dimintai keterangan terkait Russian Meddling.

Sementara itu, beberapa waktu silam, empat orang telah dikenai dakwaan pidana sebagai bagian dari hasil penyelidikan yang dilakukan oleh tim Mueller.

Michael Flynn, mantan penasihat keamanan nasional Presiden Trump, telah mengaku bersalah berbohong kepada Biro Penyelidik AS (FBI) tentang sebuah pertemuan dengan seorang Duta Besar Rusia.

Mantan manajer kampanye Trump pada Pilpres AS 2016, Paul Manafort, telah dikenai 12 dakwaan pidana, termasuk bersekongkol untuk menipu AS dalam urusannya dengan Ukraina, dan persekongkolan untuk melakukan pencucian uang.

Rekan bisnis Manafort, Rick Gates juga didakwa atas tuduhan berkomplot untuk melakukan pencucian uang.

Penasihat kampanye Trump pada Pilpres AS 2016, George Papadopoulos juga telah mengaku bersalah berbohong kepada FBI saat diperiksa terkait Russian Meddling.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya