Derita Warga Asmat, Tak Hanya Campak dan Gizi Buruk

Bantuan yang melimpah tidak cukup bila masyarakat Asmat tidak didampingi dengan baik

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Jan 2018, 11:34 WIB
Tim sedang mempersiapkan bahan makanan untuk distribusi di Warse, Asmat ( Foto : Linus Dumatubun Pr)

 

Liputan6.com, Jakarta Meski sudah banyak bantuan mengalir dari berbagai pihak termasuk pemerintah atas wabah campak dan kasus gizi buruk yang terjadi di Kabupaten Asmat, masyarakat Asmat harus tetap didampingi secara intensif.

Sejak tanggal 18 Januari saat Uskup (Pemimpin Gereja Katolik) Keuskupan Agats, Monsinyur Aloysius Murwito membentuk Tim Tanggap Darurat yang diterjunkan di dua titik rawan wabah, Kapi (Distrik Pulau Tiga) dan Warse (Distrik Jetsy), tim tetap melakukan langkah penanggulangan selama sepekan.

"Ketika datang di kampung dan tinggal beberapa lama di situ maka Anda akan mengalami kennyataan bahwa tak hanya campak dan gizi buruk tetapi diare dan kesehatan ibu hamil serta menyusui perlu penanganan serius,"ujar Koordinator Tanggap Darurat Keuskupan Agats di Warse, Distrik Jetsy Kab. Asmat, Pastor Linus Dumatubun.

Tim Warse, kata Linus tak hanya menyasar balita tetapi juga ibu hamil dan menyusui yang butuh pelayanan. Kesehatan warga Asmat sekarang ini, menurut Linus minim karena berbagai faktor, seperti pendidikan dan pemahaman tentang hidup sehat, lingkungan, pola makan dan asupan gizi.

"Ini masalah yang sangat serius. Saya yakin bila kita bersedia tinggal di kampung dan mendampingi mereka secara tulus maka pelan-pelan tapi pasti akan membantu orang Asmat untuk bisa hidup sehat,"ujar Linus, Kamis (25/1).

Tim Tanggap Darurat Warse, kata Linus telah menyalurkan 2,4 ton bahan makanan dan susu. Sepekan ini Tim Warse telah membawa 23 balita ke RSUD Agats bekerja sama dengan Tim ORARI di Posko Agats untuk proses evakuasi.

"Dalam tim kami tidak ada tim medis sehingga kami hanya berbekal modul tentang campak dan gizi buruk yang ada. Dari situ kami melakukan pengamatan dan "merekomendasikan" bukan merujuk apakah balita perlu dibawa dengan longboat fiber ke RSUD Agats atau tidak,"ujar Linus.

Dari 23 balita, sebagian besar menjalani rawat inap dan selebihnya rawat jalan. Linus yang sudah berkarya di Asmat sejak 2007 ini berharap Pemkab Asmat bisa mengutus dokter dan beberapa anggota medis untuk mendukung penanggulangan masalah yang ada di Warse. Fakta kesehatan di kampung ini, menurut Pastor Linus, perlu pendampingan serius dan intens. (John Ohoiwirn)

 

Pastor Linus bersama Tim Warse saat evakuasi balita bersama orang tua mereka ke Agats ( Foto : Dok. Linus Dumatubun)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya