Liputan6.com, Madrid - Meski belum berakhir, 2017/2018 bisa disebut sebagai musim penuh petaka bagi Real Madrid. Jangankan bersaing meraih gelar, sekadar tampil konsisten saja, tim besutan Zinedine Zidane itu tak mampu melakukannya.
Hasil buruk terkini Real Madrid adalah kekalahan 1-2 dari Leganes pada leg kedua perempat final Copa del Rey, Rabu (24/1/2018) atau Kamis dinihari WIB. Sialnya, kekalahan itu terjadi saat mereka tampil di Santiago Bernabeu.
Baca Juga
Advertisement
Dua gol Leganes yang dicetak Javier Eraso di menit ke-31 dan Gabriel Pires ke-55 hanya dibalas Karim Benzema ke-47. Akibatnya, Madrid pun harus angkat koper dari Copa del Rey karena kalah selisih gol tandang dari Leganes.
Hasil itu menambah rentetan penderitaan Real Madrid. Di La Liga, hampir pasti mereka gagal menjadi juara. Itu karena mereka sudah tertinggal 19 poin dari Barcelona meski musim baru memasuki pekan ke-20.
Jika melihat situasi di musim ini, ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi penampilan buruk Los Merengues. Namun, Liputan6.com hanya akan mencoba membeberkan tiga penyebab di balik keterpurukan Real Madrid. Berikut daftarnya:
1. Terlalu Bergantung Ronaldo
Sejak didatangkan dari Manchester United (MU) pada 2009, Cristiano Ronaldo memang langsung mengambil peran vital dalam setiap pertandingan Los Blancos. Dan pemain asal Portugal itu selalu menjawabnya dengan torehan gol fantastis.
Itu mengapa Madrid pun terlihat sangat bergantung pada ketajaman Ronaldo. Tercatat, ia tak pernah mencetak kurang dari 50 gol sejak musim 2010/2011 hingga 2015/2016. Meski hanya mengemas 42 gol di musim 2016/2017, Ronaldo masih mampu mempersembahkan gelar Liga Champions dan La Liga.
Sialnya, Ronaldo kesulitan melanjutkan produktivitasnya di musim ini. Kerap absen karena akumulasi dan cedera, ia pun hanya bisa menyumbang 18 gol di semua kompetisi. Langsung atau tidak, hal itu berdampak pada rapor ketajaman Madrid di musim ini.
Saat Ronaldo terlihat bermasalah, ironisnya tak ada pemain yang mampu menggantikan tugasnya sebagai juru gedor. Karim Benzema yang notabene penyerang tengah utama Madrid tak mampu memenuhi ekspektasi.
Advertisement
2. Minim Pembelian
Sikap keras kepala Zidane juga punya andil dalam keterpurukan Madrid. Bukan soal daftar pemain, tapi lebih kepada aktivitas transfer klub. Di musim panas 2017, ia selalu menegaskan bahwa Madrid tak butuh pemain baru.
Tercatat, Madrid hanya merogoh kocek 14,5 juta euro pada musim panas 2017. Itu untuk pembelian Theo Hernandez dan Dani Ceballos, bukan sebuah pembelian fantastis yang biasa dilakukan Los Blancos.
Padahal, mereka kehilangan cukup banyak pemain. Itu karena mereka melepas Alvaro Morata, Danilo, James Rodriguez, dan Pepe. Dan rival abadi mereka, Barcelona juga terlihat begitu jor-joran di bursa transfer. Total mereka mengeluarkan biaya hingga 200,4 juta euro.
Bahkan, saat bursa transfer musim dingin sudah dibuka, Barcelona kembali menambah dengan kehadiran Philippe Coutinho. Dan Madrid masih tetap pada pendiriannya untuk bersikap pasif.
3. Badai Cedera
Akibat minim pembelian pemain, Madrid pun harus kelimpungan saat ada beberapa pemain inti yang terpaksa absen akibat cedera. Di awal musim saja, mereka sudah kehilangan pemain-pemain seperti Keylor Navas, Mateo Kovacic Dani Carvajal, Raphael Varane, Benzema, Marcelo, hingga Gareth Bale.
Sialnya, pemain-pemain pelapis seperti Theo, Achraf Hakimi, Marcos Llorente, Ceballos, Kovacic, hingga Borja Mayoral tak mampu menjadi solusi yang tepat. Alhasil, Madrid pun kehilangan keseimbangan di beberapa laga.
Paling menonjol adalah kinerja para pelapis di lini tengah dan belakang. Di La Liga saja, mereka sudah kebobolan 18 gol dari 19 laga. Semakin miris karena lini depan Madrid juga hanya menghasilkan 39 gol dari 19 laga.
Advertisement