Liputan6.com, Pyongyang - Bagi publik internasional, keputusan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin pada Februari mendatang, merupakan sebuah hal yang mengejutkan.
Dilansir dari laman BBC, Kamis (25/1/2018), Kim Jong-un juga turut mengirim girl band satu-satunya di negara itu untuk tampil di seremoni pembukaannya.
Baca Juga
Advertisement
Bahkan pada minggu lalu, Korea Utara sempat mengutus rombongan delegasi, termasuk di dalamnya penyanyi pop Hyon Song-wol, melintasi Zona Demiliterisasi guna mengecek kesiapan agenda terkait.
Musik dan industri hiburan merupakan hal yang cukup tabu di Korea Utara, dan hanya bisa dimainkan atas persetujuan dari pemerintah.
Meskipun begitu, dunia hiburan tidak benar-benar mati di negara paling menutup diri di dunia itu. Berikut adalah lima fakta tersembunyi tentang eksistensi dunia hiburan di Korea Utara.
1. Kelompok Barisan Seni Tunggal
Barisan Seni Mansudae adalah sebuah kelompok semi-klasik yang menciptakan pertunjukan operasi, tari, dan musik di Korea Utara. Kelompok ini disebut sebagai kelanjutan dari Barisan Kesenian Pusat (1969) dan Barisan Seni Pyongyang (1946), meskipun catatan sejarah keduanya sangat sedikit.
Kelompok kesenian tersebut merupakan bagian dari produksi "opera revolusioner" berjudul The Flower Girl yang dipentaskan pada 1972. Ditulis oleh mendiang pendiri Korea Utara, Kim Il-sung, pementasan opera itu bercerita tentang kisah tragis penindasan selama pendudukan Jepang di tahun 1930-an.
Pementasan opera tersebut kemudian diangkat ke layar lebar dan dibintangi oleh Hong Yong-hee, satu dari sedikit aktris yang dipilih sendiri oleh mendiang Kim Jong-il.
Menariknya, film The Flower Girl dan Barisan Seni Mansudae ternyata cukup populer di negara tetangganya, China. Bahkan, beberapa kali pemerintah Korea Utara mengirim kelompok seni tersebut untuk melakukan tur konser di beberapa wilayah di Negeri Tirai Bambu.
Advertisement
2. Sebuah Lagu Wajib Diputar Setiap Pagi di Pyongyang
Setiap pukul 06.00, pemerintah kota Pyongyang rutin memutar lagu "Where Are You, Dear General" melalui pengeras suara di seantero kota.
Lagu yang dimainkan oleh kelompok ansambel elektronik Pochombo itu menonjolkan perpaduan nada dari gitar listrik, saksofon, dan synthesizer, untuk membentuk irama lirih yang menggambarkan perjuangan rakyat untuk lepas dari penindasan Jepang di masa Perang Dunia I dan II.
Selain lagu wajib tersebut, Pochombo juga memainkan beberapa lagu lain yang dijadikan medium propaganda pemerintah Korea Utara. Berbanding terbalik dengan akses terhadap karya seni lainnya, lagu-lagu Pochombo justru dirilis sebagai lagu yang dapat diakes siapa saja.
Mendiang Kim Jong-il bahkan kerap memutar lagu milik Ponchombo tersebut di beberapa kesempatan di hadapan publik internasional, termasuk beberapa kali dengan sengaja memutarnya di dekat kawasan Zona Demiliterisasi.
3. Istri Kim Jong-un Diduga Merupakan Seorang Mantan Penyanyi
Banyak orang meyakini bahwa istri Kim Jong-un, Ri Sol-ju, adalan mantan pemain musik di Orkestra Unhasu, sebuah kelompok musik yang mayoritas anggotanya dieksekusi atas tuduhan isu skandal seksual pada 2013 lalu.
Desas-desus menyebut, tidak adanya laporan tentang eksekusi terkait merupakan upaya mencegah munculnya gosip tentang masa lalu Ri.
Namun tidak lama setelahnya, pemerintah Korea Utara menepis rumor tersebut dengan menampilkan kelompok orkestra tersebut di radio nasional. Bantahan tersebut diperkuat dengan ditunjuknya Orkestra Unhasu sebagai delegasi yang tampil di panggung Radio France Philharmonic pada Maret 2012.
Advertisement
4. Anggota Girl Band Berasal dari Pasukan Militer
Kelompok musik Morangbong dibentuk oleh Kim Jong-un sebagai jawaban Korea Utara terhadap melesatnya pamor budaya populer Korea Selatan.
Girl band yang dibentuk pada 2012 itu tampil modern, seperti yang terlihat pada model rambut pendek, rok pendek, dan sepatu hak tinggi. Mereka juga bahkan pernah terlihat mengenakan atribut berbau "kebarat-baratan", seperti aksesori berbentuk Mickey Mouse.
Meskipun tampil modern, baik dari gaya maupun musik yang dimainkan, Morangbong tetap tidak lebih dari corong pemerintahan komunis Korea Utara.
Kelompok tersebut terdiri dari para perwira wanita dengan jabatan menengah, yang dengan cerdiknya, membawakan pesan propaganda dengan nuansa yang lebih hangat, sehingga tidak terlihat politis.
5. Korea Utara Memiliki Kelab Malam Rahasia
Meskipun pemerintahan Kim Jong-un melarang keras peredaran musik dan film populer Korea Utara, masih ada beberapa celah untuk mengabaikannya. Masyarakat Korea Utara diduga memiliki jaringan bawah tanah untuk tetap dpaat menikmati produk populer tersebut tanpa ketahuan oleh pemerintah pusat.
Dalam sebuah artikel majalah Thump pada 2015 lalu, seorang pelarian Korea Utara bernama Jo Sen-lo, menggambarkan sebuah jaringan kelab malam rahasia yang secara diam-diam menggelar pesta di rumah penduduk. Mereka lihai membuat dinding peredam yang melenyapkan hingar bingar suara dari pesta yang tengah digelar.
"Mereka tidak hanya menikmati musik dan film dari Korea Selatan, namun juga bermain musik dan bernyanyi di pesta tersebut," jelas Sen Lo.
Advertisement