Pertama Dalam Sejarah, Monyet Hasil Kloning Berhasil Dilahirkan

Sepasang monyet kembar berhasil dilahirkan melalui proses kloning di sebuah laboratorium di China

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 25 Jan 2018, 17:00 WIB
Gambar dari video tak bertanggal memperlihatkan dua monyet kloning, Zhong Zhong dan Hua Hua, berada dalam kandang di China. Mereka lahir dengan perbedaan waktu sekitar dua minggu namun memiliki genetik yang sama. (Handout/CHINESE ACADEMY OF SCIENCES/AFP)

Liputan6.com, Shanghai - Dua ekor monyet di China berhasil dilahirkan melalui proses kloning oleh ilmuwan di sebuah laboratorium di Institut Ilmu Neuro di Shanghai, beberapa minggu lalu.

Dilansir dari laman BBC pada Kamis (25/1/2018), keberhasilan kloning tersebut menggunakan pengembangan terbaru teknik yang dulu pernah diterapkan pada eksperimen domba Dolly, tahun 1996 silam.

Sepasang monyet ekor panjang kembar identik itu diberi nama Zhong Zhong dan Hua Hua. Kehadiran keduanya disebut bertujuan untuk kepentingan penelitian, yakni tentang sistem kekebalan tubuh dan solusi pengobatan terhadap beragam penyakit yang mengancam kehidupan manusia.

"Keberhasilan kloning ini bisa menjadi model dasar untuk mempelajari penyakit dengan basis genetik, termasuk beberapa penyakit kanker," jelas Qiang Sun, salah satu peneliti yang terlibat dalam proyek terkait.

Zhong Zhong lahir delapan minggu lalu, dan Hua Hua lahir dua minggu setelahnya. Penamaan keduanya merujuk pada frasa Mandarin, yang berarti "bangsa dan rakyat China".

Saat ini, kedua monyet tersebut masih terus diberi asupan makanan melalui susu botol, dan disebut menunjukkan pertumbuhan yang normal.

Para ilmuwan terkait berharap, akan lebih banyak kera hasil kloning dilahirkan dalam beberapa bulan mendatang.

Profesor Robin Lovell-Badge dari The Francis Crick Institute, London, berpendapat bahwa teknik kloning yang dilakukan pada Zhong Zhong dan Hua Hua meninggalkan catatan prosedur yang 'sangat tidak efisien dan berbahaya'.

"Bukti ilmiah penelitian ini bukanlah batu loncatan untuk menetapkan metode kloning pada manusia," jelasnya.

Pendapat bernada serupa juga dilontarkan oleh Profesor Darren Griffin dari Universitas Kent, Inggris, bahwa penelitian tersebut mungkin berguna untuk memahami penyakit yang menyerang manusia, namun berisiko menimbulkan persoalan etika.

"Pertimbangan yang seksama perlu diterapkan pada kerangka etis percoba ilmiah semacam ini," sarannya.

 


Sejarah Panjang Kloning pada Hewan

Hewan duplikat itu diperlihatkan pertama kali ke masyarakat internasional dalam kondisi sehat dan berusia 7 bulan.

Kilas balik lebih dari 20 tahun lalu, domba Dolly menjadi pencapaian ilmu pengetahuan yang paling kontroversial di sepanjang dekade 1990-an. Dilakukan oleh peneliti dari Roslin Institute di kota Edinburgh, Skotlandia, keberhasilan tersebut mencetak sejarah sebagai kloning pertama yang diambil dari sel dewasa.

Sejak itu, banyak mamalia lainnya berhasil dikloning menggunakan teknik transfer sel nuklir somatik, atau dikenal sebagai teknik SCNT, seperti pada sapi, babi, anjing, kucing, dan tikus. Namun, hasilnya sedikit yang menyami kesuksesan kloning domba Dolly.

Teknik SCNT sendiri dilakukan dengan cara melibatkan transfer DNA dari sel nukleus ke sumbangan sel telur yang telah terlebih dahulu dihapus DNA aslinya. Selanjutnya, hasil transfer terkait berkembang menjadi embrio, dan ditanamkan ke rahim hewan pengganti.

Zhong Zhong dan Hua Hua sebenarnya bukan primata non-manusia pertama yang berhasil dilahirkan melalui proses kloning.

Pada tahun 1999, rhesus embrio pada seekor monyet berhasil dibagi dua menjadi sepasang janin kembar identik. Hanya satu ekor monyet yang berhasil dilahirkan, dan diberi nama Tetra. Namun, ia hanya bertahan hidup kurang dari dua bulan.

Proses kloning tersebut tidak melibatkan transfer DNA seperti yang dilakukan pada Zhong Zhong dan Hua Hua.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya