Liputan6.com, Palu - Top 3 berita hari ini, buaya berkalung ban sepeda motor yang menghuni sungai Palu hingga kini belum juga ditemukan. Sampai seorang pemuda berjuluk Panji Petualang diterjunkan untuk memancingnya ke luar. Namun, belum juha membuahkan hasil.
Hingga sebuah foto hitam putih diunggah oleh akun Tati Tahir di media sosial Facebook. Di sana nampak seorang pria berbaju putih tengah duduk di atas tubuh buaya raksasa yang telah mati.
Advertisement
Tati ingin menjelaskan, pada tahun 1935 terjadi teror buaya di wilayah sekitar Jembatan 2 Palu. Buaya raksasa itu dijuluki La Goroba atau dalam Bahasa Indonesia memiliki arti si gerobak.
Kenapa si gerobak? Kisah yang beredar, korban yang saat itu berprofesi sebagai penambang pasir konon ditelan bersama gerobak pasirnya. Adalah peluru emas tuan muda Fischer, selaku eksekutor yang langsung menembak kepala La Goroba.
Berikut berita terpopuler dalam Top 3 Berita Hari Ini:
1. Kisah Pelor Emas Akhiri Hidup La Goroba, Buaya Ganas Sungai Palu
Di tengah kegaduhan operasi penyelamatan buaya berkalung ban oleh Panji, tiba-tiba beredar dua foto bersejarah mengenai keberadaan buaya di muara Sungai Palu. Adalah akun Tati Tahir di Facebook yang mengunggah dua foto tempo dulu Kota Palu berikut tiga keterangan fotonya.
Dalam tulisan itu, Tati Tahir mengungkapkan bahwa di tahun 1935 terjadi teror buaya yang mengegerkan masyarakat Bungi, wilayah sekitar Jembatan 2 Palu.
Kala itu, terjadi penyerangan buaya yang menyebabkan tewasnya warga setempat di muara Sungai Palu. Korban yang saat itu berprofesi sebagai penambang pasir konon ditelan bersama gerobak pasirnya.
Sejak itulah, buaya berukuran besar itu dijuluki La Goroba atau dalam Bahasa Indonesia memiliki arti si gerobak.
2. Kisah Rambo dan Syahrini, Ular Piton Raksasa Kawan Bocah Kampung
Nyaris tiap sore, sebelum atau sesudah mengaji, anak-anak kecil di RT 01 RW 2, Desa Pejagoan, Kecamatan Pejagoan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, ini selalu bermain dengan ular-ular piton raksasa peliharaan Munding Aji (30), warga setempat.
Tak main-main, ular yang diajaknya bercanda itu bukanlah ular dengan dengan bobot biasa. Rata-rata ular berbobot lebih dari satu kuintal. Sang ular pun tampak akrab dengan anak-anak ini. Beberapa kali sang ular mendesis.
Di sini, suara desisan ular piton dianggap semacam suara ngorok kucing yang bahagia bertemu dengan tuannya.
3. Pacari Anak Mayor, Kedok Marinir Gadungan Terkuak Saat Urus Nikah
Danlantamal IV Laksamana Pertama TNI, R. Eko Suyatno, mengatakan status Afandin sebagai penipuan Marinir ditemukan saat merencanakan untuk melakukan surat pernikahan di Koramil Kisaran, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara (Sumatera Utara).
Saat itu, kecurigaan Koramil berasal dari angka Afandin 14 digit. Jumlahnya berbeda dengan yang dipakai anggota TNI AL pada umumnya. Afandin mengaku, menyamar sebagai Marinir setelah dirinya dieksekusi selama 5 bulan sebagai Sersan Kepala.
Dia melakukannya dengan penuh niat, memotivasi Eva Dewiyanti Siagian untuk menikahinya.
Saat proses penggeledahan di rumah kosnya, Unit I Jatanrasla berhasil menemukan atribut yang sering digunakan, di antaranya pakaian PDH lengkap dengan atributnya berpangkat Sersan Kepala dengan kesatuan Brigif 3 MAR Yonif 10 MAR.