Sempat Kabur, Perawat yang Lecehkan Pasien di RS Tertangkap

Kurang dari 24 jam, polisi berhasil meringkus perawat RS National Hospital Surabaya yang melecehkan pasien.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 26 Jan 2018, 10:00 WIB
Unit PPA Polrestabes Surabaya, langsung mendatangi RS National Hospital untuk meminta keterangan terkait kasus pelecehan perawat terhadap pasien. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Anggota Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polrestabes Surabaya, berhasil memburu perawat Rumah Sakit (RS) National Hospital Surabaya, yang sudah melakukan pelecehan seksual terhadap pasien wanita berinisial W (32).

"Si Junaidi sudah ketangkap jam 05.10 WIB tadi pagi," tutur Kasubbag Humas Polrestabes Surabaya, Kompol Lily Djafar saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, Jumat (26/1/2018).

Pelaku pelecehan seksual itu menghilang begitu polisi memburunya sejak Kamis, 25 Januari 2018. Saat dijemput ke rumah di Babatan Wiyung Surabaya, petugas tidak menemukan perawat tersebut

"Pelaku ditangkap di salah satu hotel di Surabaya," katanya.

Perawat lelaki yang lecehkan pasiennya itu memanfaatkan kondisi pasien yang masih lemah usai menjalani operasi untuk melancarkan aksi cabulnya. "Pelaku saat ini dibawa ke Unit PPA Polrestabes Surabaya untuk dilakukan pemeriksaan," ujar Kompol Lily.

 


Perlu CCTV untuk Awasi Aktivitas di RS

Bakal Cagub Jatim Khofifah Indar Parawansa. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Peristiwa memalukan tersebut menjadi perhatian dua Bakal Calon Gubernur (Bacagub) Khofifah Indar Parawansa dan Saifullah Yusuf atau Gus Ipul.

Ketua PP Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Khofifah Indar Parawansa menyesalkan kasus pelecehan seksual yang dilakukan perawat Rumah Sakit National Hospital Surabaya. Video kasus pelecehan tersebut viral di media sosial.

Sebelumnya, akun Twitter @Michael24007966, pada Rabu, 24 Januari 2018, mengunggah sebuah video berdurasi 52 detik yang memerlihatkan seorang pasien menangis. Ia mengatakan bahwa pasien itu menjadi korban pelecehan petugas rumah sakit.

Ia terlihat duduk di atas ranjang menangis, ditenangkan oleh dua wanita di sampingnya. Pasien tersebut meminta seorang pria yang diduga adalah pelecehnya itu untuk mengakui kesalahannya. Korban menyebut perawat memegang bagian dada korban hingga beberapa kali.

Perawat yang dituding tak membantahnya. Mengaku khilaf, perawat tersebut kemudian meminta maaf kepada pasien tersebut dan keluarganya.

"Harusnya pasien mendapat perlindungan karena tengah terbaring sakit. Bukan sebaliknya mendapatkan perlakuan pelecehan yang justru diduga dilakukan oleh oknum perawat setempat. Sangat tidak kita sesalkan ," tutur Khofifah di Surabaya, Kamis, 25 Januari 2018.

Khofifah berharap kasus pelecehan seksual tersebut tidak terjadi lagi. Menurutnya, manajemen rumah sakit perlu mengawasi secara ketat aktivitas perawat saat bertugas melayani pasien misalnya melalui CCTV. Dengan demikian, kejadian serupa dapat dihindari.

"Kasus ini harus menjadi pembelajaran. Bukan tidak mungkin kejadian serupa juga dialami pasien lain," katanya.

"RS harus mengambil langkah tegas dengan memberi sanksi kepada pelaku sehingga jera. Demikian juga dengan organisasi profesi yang menaunginya seyogianya juga memberikan sanksi tegas ," dia menambahkan.

Rumah Sakit, lanjut Khofifah, harus mengevaluasi kembali sistem keamanan guna menjaga perlindungan setiap pasiennya. "Sementara kepada korban, perlu diberikan layanan psikososial guna mengatasi rasa trauma akibat perbuatan pelaku," ujarnya.

 


Imbauan kepada Masyarakat

Calon Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menyesalkan adanya kejadian tidak terpuji yang dilakukan mantan perawat Rumah Sakit National Hospital Surabaya terhadap seorang pasien perempuan itu. 

"Tentu sangat-sangat kami sesalkan. Empati kami yang sedalam-dalamnya untuk pasien yang menjadi korban. Adapun untuk oknum perawatnya tentu diproses sesuai aturan hukum, yang salah harus ditindak tegas," tutur Gus Ipul, Kamis, 25 Januari 2018.

Gus Ipul yang juga Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu mengatakan, kejadian itu harus menjadi momentum untuk terus mengakselerasi profesionalisme tenaga medis, khususnya perawat.

"Persatuan Perawat Nasional Indonesia adalah himpunan perawat yang sudah teruji melintasi berbagai tantangan zaman, usianya sudah 44 tahun," kata dia.

"Saya tahu kiprah PPNI, bagaimana mereka di daerah-daerah menjadikan sekretariatnya sebagai jantung edukasi kesehatan bagi publik. Jadi ini momentum bagi teman-teman perawat untuk terus meningkatkan profesionalismenya," Gus Ipul menambahkan.

Menurut Gus Ipul, kejadian tersebut janganlah menjadi pintu bagi publik untuk mengeneralisasi para perawat lainnya. Sebab, kejadian itu hanya melibatkan seorang perawat, dan tentu tidak semua perawat bertindak tidak patut.

"Jangan karena satu noda, satu kain jadi ikut kotor semua. Maka, sekali lagi ini menjadi tantangan bagi teman-teman perawat untuk membangun profesionalisme, dan saya yakin teman-teman bisa," ucap Gus Ipul.

Gus Ipul meminta masyarakat untuk tidak mengurangi rasa percaya kepada tenaga medis, khususnya perawat. "Sekali lagi, itu oknum, dan sangat disesalkan. Tidak semua perawat seperti itu, sekali lagi jangan digeneralisasi. Saya percaya masih sangat banyak perawat Jatim yang berdedikasi dan bertanggung jawab," kata dia.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya