Liputan6.com, Bengkulu - Menghirup udara pagi sambil memandang jajaran bukit barisan memberikan nunasa kesejukan dan ketenangan tersendiri. Ditemani kicauan burung dan secangkir kopi panas dipastikan menambah ketenangan jiwa kita yang selalu berhadapan dengan rutinitas dan padatnya aktifitas kerja sehari hari.
Suasana sejuk, tenang dan nyaman ini bisa kita rasakan saat berada di pedesaan. Salah satu tempat yang menjanjikan bisa mengisi ruang hati tersebut adalah Desa Tanah Hitam Kecamatan Padang Jaya Kabupaen Bengkulu Utara.
Fauzi Ladesang, salah seorang pemuda asal Kota Bengkulu yang melakukan survey kopi di Tanah Hitam mengaku betah dengan suasana desa tersebut. Dia sengaja bangun pagi untuk menyeduh secangkir kopi sambil menikmati pemandangan alam yang masih alamiah.
"Jarang ditemukan di daerah lain, kopi pagi sambil memandangi pegunungan dan kicauan burung liar," ungkap Fauzi di Bengkulu Utara.
Baca Juga
Advertisement
Dengan keahliannya sebagai salah seorang pengolah kopi Premium, Fauzi bersama beberapa rekannya berencana membagikan ilmu yang ditimba dari berbagai kursus dan sekolah informal lain kepada para petani kopi. Satu contoh shelter pengolahan buah kopi petik merah saat ini sedang dalam proses pembangunan untuk percontohan kepada masyarakat petani.
"Langsung kita buat contoh untuk simulasi pengolahan koi, jika hanya teori yang kita ajarkan, mereka kurang begitu mengerti," lanjut Fauzi.
Penghasil Kopi Liberika
Desa yang dibentuk tahun 2007 ini merupakan pemekaran dari Desa Marga Sakti yang juga dikenal sebagai wilayah penghasil kopi jenis Liberika. Lebih dari 1.000 hektare tanaman kopi terbentang di sebelah utara desa yang berbatasan langsung dengan Jajaran Bukit Barisan.
Syabirin, salah seorang petani kopi Tanah Hitam megungkapkan, mayoritas penduduk Desa Tanah Hitam merupakan pendatang dari wilayah Bengkulu Selatan. Mereka sengaja datang untuk membuka kebun kopi awalnya jenis Arabica. Tanah Hitam sangat cocok untuk jenis ini karena memiliki ketinggian 800 meter dari permukaan laut.
"Karena Kopi jenis Arabica sangat mudah terkena hama penyakit, kami menggantikannya dengan kopi Liberika," ungkap Syabirin.
Saat ini petani Tanah Hitam hanya mengenal dua jenis kopi saja, selain Arabica, jenis lain adalah Robusta. Padahal peremajaan pohon kopi yang dilakukan beberapa tahun lalu itu sebenarnya mereka menanam pohon kopi jenis liberika.
"Dari pola berbuah yang tidak mengenal musim saja kita bisa pastikan kopi kami ini jenis Liberika," Syabirin memastikan
Advertisement
Kopi Bengkulu untuk Ekspor
Para petai kopi di Bengkulu yang ini tengah menanti panen raya pada bulan Maret hingga September 2018. Luasan lahan kebun kopi yang mencapai angka 90 ribu hektahe sedikitnya akan menghasilkan biji kopi sebanyak 370 ribu ton. Sebab jumlah minimal satu hektare kebun kopi akan menghasilkan buah minimal 4 ton per hektare.
Pelaksana tugas Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengatakan, saat ini sedang dipersiapkan infrastruktur pendukung supaya kopi Bengkulu diekspor melalui Pelabuhan Pulau Baai. Selain pembenahan sistem pengolahan suoaya menghasilkan biji kopi terbaik, Bengkulu juga sedang mempersiapkan sistem kotrol kualitas dan menjajaki peluang ekspor kopi ke berbagai negara.
Bersama Asosiasi Eksportir dan Pengusaha Kopi Indonesia (AEKI), pemerintah Provinsi Bengkulu sudah menandatangani nota kesepahaman untuk memuluskan rencana ekspor kopi Bengkulu tersebut. AEKI sendiri juga sudah mempersiapkan gudang transit, mesin sortir dan Quality Control serta perizinan ekspor.
Semua kopi Bengkulu kata gubernur, harus keluar dari pelabuhan Pulau Baai, supaya bisa dihitung pendapatan untuk daerah dan untuk kepastian harga bagi para petani. Selama ini harga kopi Bengkulu selalu dikontrol pihak luar dan mendistribusikannya secara diam diam tanpa ada pemasukan bagi daerah.
"Orientasi kita petani kopi sejahtera, daerah dapat pemasukan," tegas Rohidin.