Liputan6.com, Jakarta Nyakim Gatwech lahir di Afrika dan dibesarkan di tenda pengungsian yang tak tahu kapan makanan datang atau tak tahu dari mana makanan itu berasal. Air yang diminumnya pun tidak bersih. Bahkan da kerap tidur di tempat seadanya. Tak heran jika dari kecil dirinya tak pernah mengurusi tentang kecantikan kulit.
Namun pada suatu hari keberuntungan datang padanya. Seperti dikutip dari laman Cosmopolitan, di usia 14 tahun Nyakim pindah ke Amerika. Ia melihat surga ada di depan matanya. Ia yakin bahwa masa depannya akan menjadi lebih baik.
Advertisement
“Amerika itu artinya pendidikan, makanan, dan rumah sakit. Kamu tak perlu merasa khawatir akan meninggal dunia karena tidak ada perawatan medis,” ujar Nyakim.
Namun, kenyataan memang tak seindah harapan. Nyakim sadar untuk mendapatkan kehidupan yang layak di Amerika, ia harus bekerja keras untuk mendapatkannya. Dan kehidupan nyata harus ia terima ketika teman-teman di sekolahnya mulai mengejek dan membahas soal warna kulitnya yang hitam.
Dirisak karena Kulitnya Hitam
Di Buffalo, New York, Nyakim Gatweech melanjutkan sekolahnya ketika dia tiba di Amerika pada usia 14 tahun. Di sekolah tersebut Nyakim mulai menerima perlakuan kasar dari teman-temannya yang berbicara soal warna kulit hitamnya.
“Mereka akan berkata, kamu pasti tahu, saya terlalu hitam, kulit saya sangat gelap. Mereka juga bilang kalau saya tidak pernah mandi, makanya kulit saya kotor. Atau mereka akan tersenyum sambil berkata,’Kami tidak bisa melihatmu Nyakim. Dia tidak ada di sini.’ Dan setelah itu saya hanya bisa menangis,” jelas Nyakim.
Nyakim sadar bahwa saat itu ia tak bisa apa-apa, apalagi ia memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi karena baru akan belajar bahasa Inggris. “Saya selalu ingin menjadi model. Tapi setelah mendapatkan perlakuan tersebut saya tidak berpikir lagi akan menjadi seorang model,” tambah Nyakim.
Advertisement
Berkat Kulitnya yang Hitam Nyakim Berhasil Jadi Model
Nyakim Gatweech selalu bercita-cita menjadi seorang model. Tapi ketika mendapatkan perlakuan tak mengenakkan dari teman-temannya, ia mulai berpikir kembali soal cita-citanya itu. “Saat teman-teman bilang saya jelek. Saya tak bisa lagi melihat gambaran foto-foto saya ada di media sosial, TV, atau majalah,” ungkap Nyakim.
Kini Nyakim Gatweech berusia 24 tahun dan seperti mimpinya, wajahnya kini bisa dilihat di media sosial, televisi, dan juga majalah. Nyakim banyak belajar dari masa kecilnya yang luar biasa tersebut. Ia pun sadar kalau sampai kapan pun ada orang-orang yang masih akan terus membahas soal warna kulitnya.
“Saya terbiasa dengan orang-orang yang mengajukan pertanyaan paling bodoh yang pernah ada (tentang kulit saya),” jelas Nyakim Gatweech. Melalui Instagramnya yang kini memiliki 344 ribu followers Nyakim mengajak seluruh orang untuk mencintai diri mereka apa adanya, apapun warna kulitnya.
Gadis Abdul
Sumber: Bintang.com