Main Petak Umpet di Gedung Tinggi, Remaja Ini Tewas Terjatuh

Seorang remaja laki-laki di Singapura jatuh dari lantai 12 sebuah apartemen saat bermain petak umpet. Apa sebabnya?

oleh Afra Augesti diperbarui 26 Jan 2018, 20:40 WIB
Ilustrasi terjatuh dari apartemen. (via: liputan6.com)

Liputan6.com, Singapura - Seorang remaja pria berusia 16 tahun terjatuh dari lantai 12 sebuah apartemen di Singapura dan meninggal dunia.

Kejadian bermula saat ia, Ng Jun Hui, sedang bermain petak umpet bersama seorang teman di taman yang terletak di atap bangunan, Rabu tengah malam, 23 Januari 2018.

Jun Hui terpeleset setelah tak sengaja melompati sebuah tembok.

Ng Jun Hui (16) dinyatakan tewas di lokasi kejadian setelah jatuh dari lantai 12 Block 79D apartemen Toa Payoh Central, pada 23 Januari 2018.

Pihak kepolisian mengatakan, temannya langsung menelepon polisi sekitar pukul 00.30 waktu setempat.

Saat polisi melakukan olah TKP, Jun Hui dinyatakan tewas seketika. Tim paramedis pun segera melakukan autopsi terhadap jenazah Jun Hui. 


Dikira Lupa Kunci Rumah

Ilustrasi kunci

Ayah korban, Ritchie Ng, mengaku tak memiliki firasat apapun sebelum anaknya meninggal.

Malam itu, sekitar pukul 1.30 dini hari, saat keluarga sedang tertidur pulas, seseorang mengetuk pintu apartemen.

Ritchie dan istri pun terbangun dan mendapati putranya belum juga kembali ke rumah, padahal sudah larut malam. Tapi ketika mendengar pintu diketuk, Ritchie menduga bahwa itu adalah anak laki-lakinya, ia mengira kalau Jun Hui lupa membawa kunci apartemen.

Dengan lunglai dan setengah mengantuk, sang ayah berjalan menuju ruang tamu, berniat membukakan pintu. Namun betapa terkejutnya ia saat yang dilihat di ambang pintu bukan anaknya, melainkan polisi.

Polisi pun langsung menyampaikan maksud dan tujuannya. Mendengan kabar kematian sang anak, Ritchie langsung lemas. Pikirannya kosong seketika.

"Aku tak dapat berpikir apa-apa dan saat istriku mengetahui bahwa Jun Hui telah tiada, ia mulai berteriak, menangis, dan membangunkan dua anak perempuanku," ucap Ritchie, dilansir The Straits Times, Kamis (25/1/2018).

Sebelumnya, saat Ritchie mengetahui Jun Hui tidak di rumah, ia pun bertanya pada istrinya -- yang merupakan seorang guru -- Amy Wong (47) untuk menelepon dan memeriksa Jun Hui.

Pasalnya, ia telah berada di luar rumah dan bermain bersama teman-temannya sepanjang hari. Dalam sebuah pesan ponsel, Jun Hui menyampaikan kepada Ibunda bahwa ia akan segera pulang rumah dan memintanya agar membuatkan masakan.

"'Jangan khawatir, Bu, aku akan kembali saat jam makan malam, simpan makanan untukku ya' -- itulah hal terakhir yang kami dengar darinya," kenang sang Ibu yang tergeletak di lantai karena tak kuasa menahan kesedihan.

Amy Wong menggambarkan anak lelaki satu-satunya itu sebagai orang yang penyayang dan akan membantu teman sekelasnya jika mereka membutuhkan.


Mencegah Jatuhnya Korban Lain

Ilustrasi Garis Polisi (AFP)

Keluarga Jun Hui mulai tampak tenang dan menerima takdir anaknya.

Meski demikian, sang ayah berharap rekaman CCTV di sekitar sky garden (istilah untuk taman yang ditempatkan di bagian teratas sebuah gedung bertingkat tinggi) bisa memberikan bukti meninggalnya Jun Hui.

Dia juga berencana untuk memeriksa kembali taman yang terletak di lantai 12 pada hari Sabtu esok, untuk memastikan tempat itu tak kekurangan fasilitas keamanan dan pencegahan kecelakaan.

Apabila Ritchie menemukan kejanggalan di tempat kejadian perkara, ia berencana untuk menuntut pihak apartemen kepada pihak berwenang di Guangyang Secondary and Beatty Secondary, serta anggota parlemen dan HDB.

Ia hanya ingin mencegah tragedi serupa terjadi kembali.

"Mudah-mudahan tindakan seperti ini bisa membantu menyelamatkan nyawa orang lain... Sungguh berat untuk menjalani semuanya," kata Ritchie.

"Saya tidak ingin orang tua lain mengalami nasib dan penderitaan serupa dengan saya," pungkasnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya