Jokowi: Jangan Biarkan Dunia dalam Situasi Konflik

Pernyataan ini disampaikan Presiden Joko Widodo ketika berbicara di National Assembly of Pakistan pada Jumat malam, 26 Januari 2018.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 27 Jan 2018, 14:16 WIB
Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo saat disambut Presiden Pakistan Mamnoon Hussain dan Ibu Negara Pakistan Begum Mahmooda Mamnoon di Istana Kepresidenan Aiwan-e-Sadr, Islamabad, (26/1). (LIputan6.com/Pool/Rusman Biro Pers Setpres)

Liputan6.com, Islamabad - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan, ekonomi suatu negara dan suatu kawasan dapat tumbuh apabila terdapat stabilitas politik dan keamanan. Kegiatan ekonomi tidak akan tumbuh apabila konflik dan bahkan perang terjadi.

Pernyataan ini disampaikan Presiden Joko Widodo ketika berbicara di National Assembly of Pakistan pada Jumat malam, 26 Januari 2018.

"Konflik dan perang tidak akan menguntungkan siapa pun. Saya ulangi, konflik dan perang tidak akan menguntungkan siapa pun. Masyarakat terutama wanita dan anak-anak selalu menjadi pihak yang paling dirugikan dengan adanya konflik dan perang," kata Jokowi.

Konflik dan perang juga menghancurkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai luhur kemanusiaan yang diberikan oleh Allah SWT. "Oleh karena itu, sudah menjadi komitmen Indonesia untuk turut serta menjaga perdamaian dunia sebagai nett contributor to peace," tutur dia.

Jokowi mengatakan, bersama dengan ASEAN, selama 50 tahun terakhir, Indonesia telah bekerja keras untuk menciptakan ekosistem perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan di kawasan Asia Tenggara.

"Melalui persatuan dan sentralitas ASEAN, Indonesia juga terus berkontribusi menciptakan kawasan Asia pasifik yang stabil dan sejahtera," kata Presiden, seperti disampaikan Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin.

Di kawasan lebih luas, Indonesia juga ingin terciptanya suatu ekosistem perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan di kawasan Indo-Pasifik. Hal ini menjadikan Indo-Pasifik sebagai kawasan pertumbuhan bagi dunia.

Di tingkat global, seperti halnya Pakistan, Indonesia juga merupakan salah satu penyumbang terbesar Pasukan Perdamaian Dunia. Sudah menjadi tekad bagi Indonesia untuk menjadi True Partner for World Peace.

"Dalam dua tahun ini, Indonesia terus bekerja sama dan memberikan kontribusi untuk mengatasi perbedaan antarnegara; membantu kemanusiaan termasuk di wilayah konflik; membantu menjaga keamanan kawasan; mengatasi ancaman kejahatan lintas batas, termasuk perdagangan obat-obatan terlarang, perdagangan manusia dan ancaman terorisme," ucap dia.

 

 


Ancaman Radikalisme

Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo menyapa masyarakat Indonesia yang tinggal di Pakistan di Hotel Serena (26/1). Jokowi berpesan untuk selalu menjaga nama baik bangsa dan negara Indonesia. (Liputan6.com/Pool/Biro Pers Setpres)

Jokowi mengatakan, ancaman radikalisme terorisme terjadi di mana-mana. Bahkan tidak ada satu pun negara yang kebal dari ancaman terorisme. Serangan terorisme terjadi di hampir semua negara termasuk di Indonesia dan Pakistan.

"Umat Islam adalah korban terbanyak dari konflik, perang, dan terorisme. Lihatlah data yang sangat memprihatinkan ini, 76 persen serangan teroris terjadi di negara muslim; 60 persen konflik bersenjata terjadi di negara muslim. Lebih jauh lagi, jutaan saudara-saudara kita harus keluar dari negaranya untuk mencari kehidupan yang lebih baik, 67 persen pengungsi berasal dari negara muslim" kata dia.

Selain itu, Presiden mengingatkan, jutaan generasi muda kehilangan harapan masa depannya. Kondisi yang memprihatinkan ini sebagian terjadi karena kelemahan internal, tapi kontribusi faktor eksternal juga tidak sedikit.

"Apakah kita akan biarkan kondisi yang memprihatinkan ini terus berulang terjadi dan berulang terjadi lagi? Kalau Anda bertanya kepada saya, maka saya akan menjawab tidak. Kita tidak boleh membiarkan negara kita terus dalam situasi konflik, kita tidak boleh membiarkan dunia dalam situasi konflik," kata dia.

"Penghormatan kita kepada kemanusiaan, kepada humanity seharusnya yang menjadi pemandu kita dalam berbangsa dan bernegara, sekali lagi penghormatan terhadap kemanusiaan," imbuh Jokowi.

Presiden menggarisbawahi, sejarah mengajarkan bahwa senjata dan kekuatan militer tidak akan mampu menyelesaikan konflik. Senjata dan kekuatan militer saja tidak akan mampu untuk menciptakan dan menjaga perdamaian dunia.

 "Yang akan terjadi justru persaingan, perlombaan senjata yang akan terus menciptakan ketegangan. Indonesia adalah negara yang pernah mengalami konflik," kata Presiden.

 


Kedepankan Dialog

Presiden Joko Widodo bersalaman dengan anak-anak Indonesia yang tinggal di Pakistan di Hotel Serena (26/1). (Liputan6.com/Pool/Biro Pers Setpres)

Presiden menyebutkan, konflik di Aceh telah terjadi lebih 30 tahun dan dengan menggunakan pendekatan militer saja tidak dapat menyelesaikan konflik di Aceh.

"Konflik ini selesai dengan negosiasi dengan dialog. Oleh karena itu, habit of dialogue harus terus dikedepankan," ucap Jokowi.

Habit of dialogue inilah yang juga menjadikan ASEAN, Asosiasi 10 negara di Asia Tenggara mampu menjadi mesin stabilitas dan kesejahteraan Asia Tenggara.

"Saya berharap setiap dari kita, setiap dari kita akan menjadi kontributor dari perdamaian dunia, setiap dari kita menjadi kontributor upaya menyejahterakan dunia demi kemanusiaan, demi keadilan," kata dia.

"Kita harus menjadi part of solution dan bukan menjadi part of the problem. Mari kita bekerja sama demi terciptanya dunia yang damai dan sejahtera demi seluruh umat manusia yang hidup di dunia," ucap Jokowi mengakhiri pidatonya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya