Liputan6.com, New York - Hillary Clinton mengizinkan seorang mantan penasihat kampanyenya untuk tetap berada dalam jajaran staf meski tengah dirundung kasus pelecehan seksual.
Pelecehan seksual tersebut diduga dilakukan oleh Burns Strider terhadap seorang wanita muda yang bekerja untuk dirinya.
Dikutip dari laman CNN, Sabtu (27/1/2018), keputusan Clinton ini rupanya bertolak belakang dengan rekomendasi manajer kampanyenya.
Baca Juga
Advertisement
Padahal, Burns Strider dituduh telah melakukan pelecehan dengan menyentuh, mencium kening, dan mengirim email berisi rayuan terhadap bawahannya.
Tak lama setelah mendengar pengaduan itu, manajer kampanye Clinton, Patti Solis Doyle bersama ajudan senior lainnya memberi saran kepada istri Bill Clinton tersebut untuk memberhentikan Strider.
"Patti ingin mengeluarkannya, namun Hillary Clinton menolak rekomendasi itu," ujar seorang sumber.
Sumber lain menyebut bahwa Hillary Clinton dengan jelas mengatakan, "Kita harus mencari pilihan lain dan tak memecat Strider".
Sementara itu, perempuan yang disebut jadi korban pelecehan seksual telah pindah dari kantor Strider. Pria itu pun juga disebut-sebut tak menggaji korban selama beberapa minggu.
Kedekatan Burns Strider dan Hillary Clinton
Kedekatan Strider dan Clinton dimulai sejak kampanye calon presiden Amerika Serikat tahun 2008.
Setelah itu Strider ditugaskan untuk memimpin Correct the Record -- kelompok independen pembela Clinton untuk menuju Pilpres tahun 2016.
Namun, ia dipecat dari tim kampanye karena dituding telah beberapa kali melecehkan banyak wanita. Pengakuan itu ditunjukkan dari beberapa email perempuan yang jadi mangsanya.
Advertisement