Liputan6.com, Cirebon - Sekitar 90 hektare lahan persawahan ditanami tebu di Desa Pasaleman, Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon. Sehingga tak heran sebagai salah satu daerah penghasil gula di Jawa Barat, masyarakat sekitar bermata pencaharian sebagai petani tebu.
Hasil panen tebu masyarakat itu langsung didistribusikan ke beberapa pabrik-pabrik gula di sekitaran Kabupaten Cirebon. Sehingga harga penjualan tebu yang semakin murah menjadi kendala bagi para petani tebu yang menggantungkan hidupnya pada bahan baku pabrik gula itu.
Advertisement
Kendala itu pun disampaikan para petani melalui Kuwu atau Kepala Desa Pasleman, Johan Setiawan, kepada Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Johan menyatakan turunnya harga jual tebu itu berdampak pada kondisi ekonomi masyarakat.
Apalagi saat ini harga kebutuhan pokok seperti beras juga mengalami kenaikan. Sehingga hal itu mempersulit masyarakat.
"Harga tebu sedang murah sekali, sementara beras mahal. Warga di sini kan kebanyakan petani tebu, jadi terasa sekali kalau tebu sedang murah, pasti ekonomi repot," kata Johan, Jumat 26 Januari 2018.
Harga penjulan murah bukanlah salah satu kendala para petani tebu. Sempitnya lahan tebu juga menjadi permasalahan mereka. Sebut saja pemilik lahan menjual lahan itu ataupun mengalihfungsikan lahan untuk kepentingan lainnya. Jumlah lahan tebu otomatis semakin berkurang.
Johan menyebut dari turun-temurun masyarakat di desanya sudah terbiasa dengan pengelolaan tebu. Dengan dialihfungsikan membuat beberapa petani tebu kesusahan untuk menafkahi keluarganya.
"Kalau dari minat, di sini mah turun-temurun biasanya. Tetapi, lahannya semakin sedikit dari tahun ke tahun," kata dia.
Alih Fungsi Produktif
Dedi Mulyadi pun memberikan solusi akan adanya alih fungsi lahan di Desa Pasaleman itu. Kang Dedi sapaan akrabnya, menyarankan agar alih fungsi itu dapat dialihkan ke komoditas lainnya yang juga mempunyai nilai ekonomi tinggi pula.
Dedi menyebutkan salah satunya yakni beras yang menjadi salah satu bahan pokok yang dikonsumsi masyarakat di Indonesia. Sehingga, kata dia, terdapat titik keseimbangan antar dua kebutuhan komoditas antara gula dan beras di masyarakat.
"Harus ada regulasi yang mengatur keseimbangan itu. Sehingga, petani tebu pun merasakan manisnya gula. Kalau harus alih fungsi, buka sawah untuk menanam padi saja," ucap Dedi.
Advertisement