Ada 58 Gempa Susulan di Banten, BMKG: Itu Lazim Terjadi

Daryono mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak mengkhawatirkan hal itu. Sebab, gempa susulan lazim terjadi pascagempa.

oleh Ika Defianti diperbarui 28 Jan 2018, 06:38 WIB
Bupati Sukabumi mengingatkan warga untuk tidak berharap pemda membantu membangun kembali rumah yang rusak karena gempa secara utuh. (Liputan6.com/Mulvi Mohammad)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono menyatakan telah terjadi sebanyak 58 kali gempa susulan di bagian selatan Banten. Gempa susulan terakhir terjadi pada Jumat, 26 Januari 2018 pukul 21.43 WIB dengan kekuatan kecil.

Daryono menyebut, frekuensi kejadiannya sudah menurun drastis sejak terjadinya gempa dan diperkirakan mulai Minggu depan gempa susulan akan segera berakhir.

"Sehingga sejak tadi malam hingga pagi ini belum terjadi aktivitas gempa susulan di Banten selatan," kata Daryono dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (27/1/2018).

Dia menjelaskan, gempa susulan harus terjadi agar akumulasi energi yang tersisa di sekitar pusat gempa segera habis sehingga kondisi menjadi normal kembali.

Daryono mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak mengkhawatirkan hal itu. Sebab, gempa susulan lazim terjadi pascagempa. Namun, dengan melihat trend yang ada kemungkinan kecil akan terjadi gempa susulan yang melebihi gempa utama.

"Masyarakat diimbau tidak mudah panik, kita harus bersabar menunggu proses gempa susulan berakhir. Gempa susulan memiliki karakteristik kekuatannya kecil dan tidak membahayakan," ujar dia.

Karena itu, dia juga menyarankan agar masyarakat untuk tidak mempercayai adanya isu ramalan gempa. Sebab, saat ini belum terdapat negara yang mampu memprediksi dengan tepat dan akurat.

"Karena hingga saat ini di negara manapun belum ada yang mampu memprediksi dengan tepat dan akurat kapan, di mana, dan berapa kekuatan gempa akan terjadi," jelas Daryono.

 

 


Penyebab Gempa Banten

Sejak 23 Januari hingga 26 Januari 2018, ada 49 gempa susulan mengguncang wilayah selatan Banten, akibat subduksi lempeng Indo-Australia. (Foto: BMKG Klas I Serang/Yandhi Deslatama)

Gempa Banten kembali menggoyang wilayah Jakarta dan sekitarnya. Lindu berkekuatan 5,1 SR ini berpusat di laut pada jarak 72 km arah barat daya Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, pada kedalaman 26 km.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa kali ini masih dalam runutan gempa susulan di Banten, pada Selasa, 23 Januari 2018.

"Gempa bumi selatan Lebak Banten ini termasuk dalam klasifikasi gempa berkedalaman dangkal," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Moch Riyadi, kepada wartawan, Jakarta, Jumat (26/1/2018).

Dia menambahkan, gempa tersebut terjadi lantaran adanya aktivitas di dasar laut, yaitu gerakan lempeng Indo-Australia.

"Akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempang Eurasia," ujar dia.

Dalam sepekan ini, Banten telah tiga kali diguncang gempa. Lindu pertama terjadi pada Selasa, 23 Januari 2018. Kala itu kekuatannya cukup besar, yaitu 6,1 SR.

Getaran gempa juga sangat terasa di wilayah Jakarta dan sejumlah daerah di Jawa Barat. Warga Jakarta yang sedang beraktivitas di dalam gedung bertingkat dan rumah berhamburan keluar. Mereka menjadi tempat yang aman.

Selain itu, gempa juga telah mengakibatkan ratusan rumah hancur dan rusak. Bahkan sejumlah orang terluka akibat tertimpa material bangunan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya