Liputan6.com, Jakarta - Jainudin asyik melakukan aktivitasnya. Kendati dikelilingi kandang kuda yang mengembuskan aroma khas, ia dan keluarga merasa biasa tak terganggu dengan kondisi ini.
Dia mengaku sudah belasan tahun menggantungkan hidupnya pada kuda ini. Profesi sebagai kusir delman telah dijalani sejak 15 tahun lalu atau sekitar tahun 2003.
Advertisement
Bersama istri dan anaknya, ia menempati lahan kosong di sebuah kawasan Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Di sini, ia tinggal bersama puluhan kuda dan pemiliknya.
“Udah 6 tahunanlah tinggal disini. Ini saya pindahan dari bongkaran Pedongkelan dulu, deket Danau Rio-Rio,” ujar Jainudin saat berbincang dengan Liputan6.com di Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, Sabtu (28/1/2018).
Tempat huni mereka dapat dibilang jauh dari kata layak. Mereka tinggal di tempat seadanya, yaitu rumah bedeng yang berbahan triplek dan beratap seng.
Pun dengan sanitasinya. Tanah lokasi yang jeblok membuat lokasi ini tak sedap dipandang mata. Ini lantaran kawasan tersebut menjadi area bebas buang air bagi kuda ditambah sebagai tempat cuci kuda. Kotoran kuda dan air becek pun bercampur dan terinjak-injak kaki mereka.
Bahkan, anak-anak juga terlihat senang bermain dengan kondisi seperti itu.
Kendati demikian, Jainudin dan keluarga mengaku tak masalah. Bersama para pencari nafkah Ibu kota, ia menghabisi hari-harinya di tempat tersebut.
“Enggak apa-apa sih, tinggal begini aja di sini. Udah biasa juga, jadi ya enggak (bau),” kata dia.
Ada sekitar 30 ekor kuda yang disambatkan di tempat ini. Kuda-kuda itu ditempatkan di deretan bedeng dengan atap seng seadanya. Untuk penyangga bedeng, mereka menggunakan kayu kaso bekas. Di tempat yang sama sebelah kiri, gerobak kuda juga terparkir di situ.
Jainudin menuturkan, di tempat tersebut juga terdapat 12 rumah para kusir delman. Dalam satu rumah, ada empat hingga enam orang yang tinggal.
Dapat Izin Tinggal
Jainudin mengaku tak ujug-ujug tinggal di lahan milik Pemprov DKI tersebut. Bersama teman-temannya, dia menyebuut telah mendapatkan izin dari pemerintah setempat.
“Pas tinggal di sini juga udah izin, sama RT, RW, Lurah, sampai Camat. Ini paling lama ya saya yang tinggal di sini, yang lain paling baru setahun dua tahun ini,” ucap Jainudin.
Untuk menempati lahan tersebut, Jainudin mengaku tidak terikat dengan perjanjian kontrak lahan atau sewa bangunan. Ia bersama teman-temannya yang bernasib sama hanya sekadar memberikan uang rokok kepada yang biasa menagih.
“Ya kadang ngasih uang rokok aja. Tempat kaya gini mah yang penting jangan dijual. Yang penting kan nempatin aja jangan jual-jual. Nempatin sampe tunggu ini (lahan kosong) dibangun, kalau dibangun ya kita pindah lagi,” tutup Jainudin.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement