Bak Masuk Lorong Waktu, Daerah di Kalimantan Ini Punya Dua Waktu

Mahakam Ulu (Mahulu) memiliki dua waktu, yakni Waktu Indonesia Barat (WIB) dan Waktu Indonesia Tengah (WITA).

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Jan 2018, 15:00 WIB
Siluet pemain Mitra Kukar saat akan berangkat latihan menggunakan kapal feri menyeberangi Sungai Mahakam menuju Stadion Aji Imbut, Tenggarong, Kaltim, Sabtu (3/10/2015). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Liputan6.com, Mahakam Ulu - Mahakam Ulu (Mahulu) merupakan satu-satunya kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki dua waktu, yakni Waktu Indonesia Barat (WIB) dan Waktu Indonesia Tengah (WITA). Memasuki Mahakam Ulu seolah-olah berada dalam lorong waktu.

"Dulu, sebelum ada handphone yang otomatis mengatur waktu, kita tahunya di Kecamatan Long Apari masuk WITA juga, tapi sekarang diketahui ternyata Long Apari masuk WIB," ujar Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung (DPMK) Kabupaten Mahulu S Lawing Nilas di Ujoh Bilang, Minggu (28/1/2018), dilansir Antara.

Sebelumnya, saat melakukan fasilitasi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung (RAPBKam) bagi 10 kampung di Kecamatan Long Apari, Lawing mengatakan bahwa Long Apari merupakan salah satu kecamatan di Mahakam Ulu yang berbatasan darat dengan Serawak, Malaysia.

Kecamatan lain yang juga berbatasan darat dengan Malaysia adalah Long Pahangai, namun Kecamatan Long Pahangai masih masuk WITA, sama seperti kawasan lain yang tersebar di Provinsi Kalimantan Timur.

Sedangkan waktu tempuh menggunakan kapal cepat atau "longboat" via Sungai Mahakam dari Long Pahangai ke Tiong Ohang (ibu kota Kecamatan Long Apari) sekitar 2,5 jam perjalanan.

Dalam waktu 2,5 jam perjalanan inilah saatnya memasuki lorong waktu, sehingga seolah-olah hanya 1,5 jam karena untuk WITA lebih cepat satu jam daripada WIB, padahal perjalanannya tetap 2,5 jam.

 


Cerita Kocak Masuk 'Lorong Waktu'

Sejumlah Bobotoh melintasi Sungai Mahakam menggunakan kapal feri untuk menyaksikan laga antara Mitra Kukar melawan Persib di Stadion Aji Imbut, Tenggarong. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Saat itu rombongan DPMK Mahulu dari Long Pahangai menuju Tiong Ohang sekitar pukul 15.30 WITA, sehingga untuk sampai di tujuan seharusnya pukul 18.00 WITA, tetapi ternyata jam di HP android menunjukkan pukul 17.00. Sedangkan di arloji tetap pukul 18.00 sehingga sempat terjadi perdebatan di internal rombongan meski dengan nada canda.

"Jam tangan kamu rusak itu, buang aja ke Mahakam. Lihat itu, matahari belum merah, berarti belum senja. Jam tangan menipu gitu kok dipelihara," ujar Beny kepada Adhi setelah turun dari kapal dan melanjutkan jalan kaki ke penginapan.

Sementara Adhi menyatakan bahwa jam tangan miliknya berkelas sehingga tidak mungkin rusak. Dia justru menilai bahwa jam di hp Beny yang tidak bisa dipercaya, karena 2,5 jam perjalanan, tetapi perubahan jam hanya 1,5 jam.

Mendengar perdebatan ini, Lawing kemudian menengahi dan menyatakan dua-duanya benar. Jam di arloji tidak berubah sebab harus disetel manual, sedangkan jam pada hp android akan otomatis berubah menyesuaikan dengan waktu setempat.

Saksikan video pilihan berikut:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya