8 Warga Garut Terjangkit Difteri, Vaksin Massal Belum Ampuh?

Salah satu penderita difteri adalah perawat rumah sakit di Garut.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 28 Jan 2018, 22:00 WIB
Status KLB difteri di Garut belum dicabut (Liputan6.com / Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Wabah difteri kembali menerjang warga Garut Jawa Barat. Sebanyak delapan orang warga kota dodol positif difteri. Satu pasien di antaranya merupakan perawat di ruang Mutiara, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Slamet Garut.

"Total yang masih dirawat ada delapan orang," ujar Yusuf, petugas jaga Ruang Puspa Utama RSUD dr. slamet Garut yang digunakan sebagai ruang khusus isolasi penderita Difteri, saat ditemui Liputan6.com, Minggu (28/1/2018).

Menurut Yusuf, wabah difteri mulai mereda pada saat memasuki pekan pertama Januari tahun ini. Namun memasuki pekan kedua hingga Kamis, 25 Januari 2018 lalu, gejala yang diakibatkan bakteri Corynebacterium diphtheriae tersebut kembali merajalela.

"Paling banyak (dirawat) mulai sepekan terakhir," kata dia.

Kedelapan pasien difteri yang masih mendapatkan perawatan intensif antara lain, YN (20), DN (21), RD (33), PT (18), PJ (19), IL (32), BS (40) dan IN (24).

"Usia pasien difteri yang masih dirawat interval 18 sampai 40 tahun," ujarnya.

Yusuf menyatakan, sebenarnya pemerintah Garut telah melaksanakan vaksinasi massal di beberapa kecamatan yang terkena suspect difteri, namun gejala difteri kembali terjadi.

"Infonya 36 kecamatan dari 42 sudah divaksin, tapi mungkin saja vaksinasi belum seluruhnya," kata dia.

Khusus kedelapan pasien yang dirawat ada satu pasien yang berasal dari perawat pegawai rumah sakit milik pemerintah Garut tersebut. Padahal seperti diketahui sejak akhir tahun 2017 lalu, seluruh pegawai RSUD dr. Slamet Garut telah mendapatkan vaksinasi massal difteri.

"Awalnya mengeluh sakit tenggorokan, pas diperiksa ke lab ternyata positif difteri," kata dia.

Bagi para pasien yang tengah mendapatkan perawatan intensif kata dia, lembaganya terus memberikan antibiotik dan anti toksin difteri. "Memang itu tindakan pertama yang harus diberikan selain cek lab," ujarnya.

Dalam buku catatan pasien penderita difteri yang dirawat di ruang Puspa Utama terhitung sejak 29/11/2017 hingga 25/1/2018 awal tahun ini. Tercatat jumlah kasus difteri yang dirawat secara intensif mencapai 26 kasus.

Rinciannya, sebanyak 23 kasus positif difteri dan 3 kasus negatif. "Biasanya yang negarif langsubg kami pindah ke ruangan biasa," ujar Farida, petugas jaga ruang Puspa Utama lainnya menambahkan.

 


Pencegahan Difteri

Status KLB difteri di Garut belum dicabut (Liputan6.com / Jayadi Supriadin)

Di tengah ancaman wabah difteri yang belum mereda, Yusuf menyarankan agar masyarakat menjaga pola makan yang benar, serta melakukan vaksinasi difteti sebagai langkah pemcegahan.

"Dan bila ada deman dan sakit tenggorokan bersamaan jangan tunggu langsung cek kesehatan," kata dia menyarankan.

Juru bicara RSUD Garut Iwa Kartiwa menambahkan, pasien yang masuk kali ini merupakan pasien baru, mereka berasal dari beberapa kecamatan yakni Trogong Kidul, Karangpawitan, Garut Kota, Cikelet, Leles, dan Sucinaraja.

"Kondisi pasien yang saat ini ditangani sudah mulai membaik," kata dia.

Hingga kini seluruh pasien difteri belum bisa meninggalkan ruangan khusus isolasi penderita difteri RSUD dr. Slamet Garu. "Mereka masih membutuhkan perawatan dan pemeriksaan lebih lanjut," kata dia.

Garut Segera Gelar Imunisasi Massal Difteri

Kembali munculnya wabah difteri memang cukup mengagetkan. Apakah program vaksinasi massal yang tengah dijalankan pemerintah tidak mempan membasmi penyakit mematikan itu?

Sebelumnya, Wakil Bupati Helmi Budiman menyatakan, Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Garut, Jawa Barat segera menggelar imunisasi massal pencegahan difteri. "Pelaksanaannya dimulai sekitar tanggal 20-an bulan ini," ujarnya, Jumat (19/1/2018).

Menurut Helmi, imunisasi ini akan dilakukan secara bertahap terhadap satu juta orang warga Garut dengan rentang usia 1 hingga 19 tahun. "Jadi obat-obatannya dari pusat sedang pemda bantu biaya operasionalnya," kata dia.

Untuk tahap pertama, rencana vaksin massal difteri akan melibatkan pelajar SD hingga SMA. "Vaksin ini kan untuk pencegahan, sedang serum untuk mengobatsi yang sudah tertular," ujarnya.

Dengan melihat besarnya peserta vakson massal difteri, lembaganya wajib menyediakan anggaran hingga Rp 40 miliar untuk melaksanakan kegiatan itu. "Biaya satu orang vaksi itu Rp 40 ribu kalikan saja 1 juta, ya sekitar Rp 40 miliar," ujar dia.

Hingga akhir tahun lalu jumlah warga Garut yang dirawat karena difteri sebanyak 19 orang, dengan lima orang diantaranya meninggal dunia, sedangkan data yang terjangkit difteri mencapai 35 orang.

"Data terbaru hingga Januari ini tidak ada lagi yang terkena Difteri," kata dia.

Bahkan bukan hanya vaksinasi massal, Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat telah menyiapkan 10 serum difteri dari India yang akan digunakan untuk mencegah meluasnya wabah penyakit mematikan itu saat ini.

Menurut Helmi, sejak mencuatnya kematian warga Garut akibat difteri, lembaganya sudah menghubungi pemerintah pusat untuk segera melakukan vaksinasi massal. "Dijadwalkan pertengahan Januari ini ada sudah ada vaksin," kata dia.

Total sekitar satu juta vaksin sudah disiapkan pemerintah pusat, bagi warga Garut mulai pertengah Januari ini.

"Jangka pendek targetnya anak-anak dulu, kedua warga yang lahir di bawah tahun 1975 kan saat itu belum ada vaksin difteri," ungkap dia.

 


Garut Masih Status KLB Difteri

Status KLB difteri di Garut belum dicabut (Liputan6.com / Jayadi Supriadin)

Sebelumnya, sejak akhir tahun lalu, Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat, telah menyatakan status Kejadian Luar Biasa (KLB) bagi wabah difteri. bahkan akibat wabah itu, hingga kini status tersebut belum dicabut.

"Statusnya penyakit Diteri sudah masuk kategori KLB, setelah Jawa Barat dinyatakan kategori KLB," ujar Helmi.

Penyebaran penyakit difteri cukup mengkhawatirkan. Sepanjang 2017 total lima warga Garut meninggal dunia, dengan total 20 kasus yang tersebar di 29 kecamatan yang terdampak difteri.

Rinciannya sebanyak 14 kecamatan positif difteri, 15 kecamatan lainnya suspect difteri. Sedangkan usia rentan difteri mulai 0 sampai 66 tahun. "Garut yang tertinggi di Jawa Barat," ujar Kepala Dinas Kesehatan Garut Teni Swara Rivai menambahkan.

Untuk itu lembaganya terus berupaya melakukan pencegahan, agar penyebaran penyakit itu tidak meluas. "Kami sudah meminta Pemerintah Pusat, untuk mengadakan pemberian vaksin secara masal," ucapnya.

Selain itu, ia terus mensosialisasikan gaya hidup sehat, sehingga penyebaran difteri bisa ditanggulangi sejak dini."Kami juga menghimbau pada seluruh Puskesmas untuk segera mengadakan vaksin untuk mengatasi penyakit tersebut," tegasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya