Panen Raya, Mentan Klaim Harga Beras Bakal Turun

Menteri Pertanian Amran Sulaiman memastikan harga beras akan turun seiring dengan panen raya yang jatuh pada Februari sampai Mei 2018.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 29 Jan 2018, 11:21 WIB
Menteri Pertanian Amran Sulaiman

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman memastikan harga gabah dan harga beras akan turun. Optimisme itu disampaikan menyusul masa panen pada Februari sampai Mei 2018. 

"Yang jelas, harga (beras dan gabah) sudah turun. Kita dapat berita dari (Pasar Induk) Cipinang, harga beras sudah turun Rp 300 per kg. Untuk di lapangan, gabah turun Rp 800 per kg," tutur dia di kantornya, Jakarta, Senin (29/1/2018). 

Amran menambahkan, harga beras dan gabah diharapkan dapat turun dalam jumlah yang sama.

"Seharusnya linier penurunan harga itu. Harga beras dan gabah bisa sama-sama turun Rp 800 per kg," paparnya. 

Terkait penurunan harga beras tersebut, Kementerian Pertanian telah berkoordinasi dengan Perum Bulog untuk dapat menyerap beras hasil panen raya yang berlangsung mulai dari Februari sampai Mei 2018.

"Oh itu (penurunan harga beras) pasti, bukan kemungkinan. Aku pastikan hari ini turun, kita harus antisipasi. Kita sudah bilang ke Bulog kita antisipasi," papar Amran.

Ketika ditanyakan soal program impor beras oleh Kementerian Perdagangan, Amran memilih untuk tidak banyak menjawabnya.

"Kita domainnya produksi. Aku produksi surplus tahun lalu. Rencana tahun ini bisa di atas 80 juta ton gabah (beras)," Amran berkelit. 

Tonton Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 


Cek Jumlah Beras yang Diimpor RI dalam 5 Tahun

Badan Pusat Statistik (BPS) membeberkan data impor beras dalam kurun waktu 2013-2017. Ada enam negara yang memasok kebutuhan beras terbesar untuk Indonesia, yakni Thailand, Pakistan, Myanmar, India, Tiongkok, serta Vietnam.

"Impor memang ada sedikit-sedikit, nilainya kecil-kecil. Beberapa waktu lalu memang ada (impor) tapi lebih kepada beras khusus," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti di kantornya, Jakarta, Senin (15/1/2018).

Yunita berharap, pemerintah melalui Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Bank Indonesia (BI), dan pihak-pihak terkait lain dapat meredam gejolak harga beras, sehingga tidak terus naik. Salah satunya dengan kebijakan impor beras.

"Dengan adanya impor beras khusus 500 ribu ton akan membantu sisi suplai, karena kemarin kan sempat langka di beberapa pasar. Kalau suplai dibantu, bisa menekan harga beras," dia menjelaskan.

Data BPS menunjukkan impor beras Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir, antara lain:

- 2013, impor senilai US$ 246 juta dengan volume 472,66 ribu ton

- 2014, impor senilai US$ 388,18 juta dengan volume  844,16 ribu ton

- 2015 impor senilai US$ 351,60 juta dengan volume  861,60 ribu ton

- 2016 impor senilai US$ 531,84 juta dengan volume  1,2 juta ton

- 2017 impor dengan angka sementara senilai US$ 143,21 juta dengan volume   311,52 ribu ton.

"Pada 2016 memang dicanangkan tidak ada impor, tapi Januari-Maret 2016 ada data impornya. Itu sisa kuota 2015," jelas Kepala Subdirektorat Statistik Impor BPS, Rina Dwi Sulastri.

Diakui Rina, impor beras oleh Indonesia tersebut paling besar dipasok dari enam negara, yaitu Thailand, Pakistan, Myanmar, India, Tiongkok, Vietnam, dan sejumlah negara lain. "Impor beras tersebut bukan beras khusus," tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya