Liputan6.com, Garut - Wakil Bupati Garut Helmi Budiman menyatakan, status Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri Garut diperpanjang hingga empat bulan ke depan. Keputusan ini seiring kembali mewabahnya penyakit demam dan tenggorokan mematikan tersebut.
"Kami akan pantau terus hingga tuntas," ujarnya, selepas Apel pagi di halaman Setda Garut, Senin (29/1/2018).
Advertisement
Menurutnya, penyebaran difteri di kabupaten Garut sudah cukup mengkhawatirkan. Awalnya Pemda Garut optimistis, penyebaran difteri bakal berkurang seiring dengan menurunnya pasien terdeteksi hingga akhir tahun lalu.
Namun, memasuki pekan ketiga bulan ini, lanjut bakal calon peserta Pilkada petahana tersebut, pasien terjangkit suspect difteri kembali melonjak.
"Memang sulit diprediksi, padahal kami sudah melakukan upaya vaksinasi," kata dia.
Sepanjang tahun lalu tercatat nyawa lima warga Garut melayang akibat penyakit yang diakibatkan bakteri Corynebacterium diphtheriae tersebut.
Sementara, data terbaru berdasarkan buku daftar pasien penderita difteri yang dirawat di ruang Puspa Utama sejak 29 November hingga 25 Januari 2018. Tercatat, jumlah kasus difteri yang dirawat secara intensif sudah mencapai 26 kasus. Dengan rinciannya, sebanyak 23 kasus positif difteri dan 3 kasus negatif.
Dengan kondisi itu, ujar dia, lembaganya terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk segera melakukan vaksinasi massal terhadap satu juta warga Garut yang berusia 1-19 tahun.
"Kalau vaksin bagi daerah terdampak sudah kami lakukan, termasuk petugas rumah sakit (RSUD dr. Slamet Garut)," kata dia.
Berdasarkan informasi terakhir yang diterima lembaganya, Helmi menyatakan, sesuai dengan kesiapan dan pengiriman logistik dari pemerintah pusat, program vaksinasi massal difteri untuk warga Garut diperkirakan baru terkaksana mulai Awal Februari atau pertengahan bulan depan.
"Yang tahap pertama tanggal 20-an Januari itu program inisiatif kami, kalau yang vaksin massal dari pemerintah mungkin awal bulan Februari," kata dia.
Helmi mengakui, pemberantasan penyakit difteri bukan perkara mudah, apalagi Jawa Barat menjadi tiga wilayah dengan pertumbuhan penyakit difteri terbanyak sekain Banten dan DKI Jakarta.
"Yang terkena kan tidak semuanya positif, ada juga yang suspect bahkan negatif," kata dia.
Imbauan buat Warga Garut
Di tengah ancaman penyebaran penyakit difteri yang cukup tinggi, lembaganya terus mengingatkan warga Garut agar cepat berkoordinasi untuk mendapatkan vaksinasi massal difteri.
Selain itu, jika warga yang memiliki keluhan demam tinggi serta sakit tenggorokan yang tidak kunjung reda, agar memeriksa kesehatannya ke puskesmas terdekat. "Apalagi jika dalam cermin terlihat bercak putih, segera periksa, khawatir positif," ujar dia.
Bagi warga yang terjangkit positif difteri, lembaganya menjamin seluruh biaya penanganan medis bakal diberikan secara cuma-cuma alias gratis.
"Apalagi sekarang ada posko penanggulangan difteri di Jakarta tinggal koordinasi langsung kami layani," kata dia.
Advertisement
Stok Serum Difteri Garut Menipis
Helmi menambahkan, seiring bertambahnya penderita difteri, stok serum difteri yang dimiliki pemda Garut tinggal 4 buah dari sebelumnya 10 buah yang didatangkan langsung dari India.
"Sebenarnya masih aman (4 serum), tapi kalaupun kurang stok serum pemerintah pusat melimpah, kita tinggal koordinasi," ujarnya.
Saat ditanya mengenai satu petugas RSUD Garut yang positif terkena difteri, padahal sudah diberikan vaksin. Helmi menyatakan jika respons tubuh terhadap vaksin yang telah diberikan berbeda.
"Reaksi vaksin itu kan tidak langsung, mungkin saja petugas saat diberikan vaksin imunitas tubuhnya belum berjalan," kata dia.
8 Warga Garut Kembali Terjangkit Difteri, Vaksin Massal Belum Ampuh?
Sebelumnya, sebanyak delapan warga Garut, Jawa Barat kembali mendapatkan perawatan intensif RSUD dr. Slamet Garut, akibat terserang difteri yang kembali mewabah. Satu pasien di antaranya merupakan perawat di ruang Mutiara, Rumah Sakit milik pemerintah Garut tersebut.
"Total yang masih dirawat ada delapan orang," ujar Yusuf, petugas jaga Ruang Puspa Utama RSUD dr. slamet Garut yang digunakan sebagai ruang khusus isolasi penderita Difteri, saat ditemui Liputan6.com, Minggu (28/1/2018).
Menurut Yusuf, awalnya wabah difteri mereda pada saat memasuki pekan pertama Januari tahun ini. Namun memasuki pekan kedua hingga Kamis, 25 Januari 2018 lalu, gejala yang diakibatkan bakteri Corynebacterium diphtheriae tersebut kembali merajalela. "Paling banyak (dirawat) mulai sepekan terakhir," kata dia.
Kedelapan pasien difteri yang masih mendapatkan perawatan intensif antara lain, YN (20), DN (21), RD (33), PT (18), PJ (19), IL (32), BS (40) dan IN (24). "Usia pasien difteri yang masih dirawat interval 18 sampai 40 tahun," ujarnya.
Yusuf menyatakan, sebenarnya pemerintah Garut telah melaksanakan vaksinasi massal di beberapa kecamatan yang terkena suspect difteri. Namun gejala difteri kembali terjadi.
"Infonya 36 kecamatan dari 42 sudah divaksin, tapi mungkin saja vaksinasi belum seluruhnya," kata dia.
Khusus ke delapan pasien yang dirawat ujar dia, ia menyatakan, ada satu pasien yang berasal dari perawat pegawai rumah sakit milik pemerintah Garut tersebut. "Awalnya mengeluh sakit tenggorokan, pas diperiksa ke lab, ternyata positif difteri," kata dia.
Bagi para pasien yang tengah mendapatkan perawatan intensif kata dia, lembaganya terus memberikan antibiotik dan anti toksin difteri. "Memang itu tindakan pertama yang harus diberikan selain cek lab," ujarnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement