Liputan6.com, Jakarta - Korban gempa di Kampung Nirmala, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, terus bertambah. Mereka khawatir terjadi gempa susulan ditambah hujan deras dapat memicu bencana lanjutan, seperti tanah longsor.
Sebab, bukit yang berada di belakang permukiman penduduk tersebut mengalami retakan akibat gempa utama pada Selasa 23 Januari.
Advertisement
"Sudah tiga hari ini getaran gempa sudah enggak ada. Cuma sekarang kan hujan terus-terusan, takut tiba-tiba bukit longsor karena sudah retak," ujar Memed (52), Senin (29/1/2018).
Sebagian besar warga mengungsi dengan membuat tenda sendiri-sendiri di tengah perkebunan teh milik PT Nirmala. Sebagian lainnya mengungsi di posko yang didirikan TNI/Polri maupun PMI.
Dari 168 kepala keluarga atau 1.081 jiwa yang mengungsi sebagian besar perempuan, anak-anak, dan lansia. Bahkan, ada pula seorang ibu yang tengah hamil usia sembilan bulan, yakni Ariyani (24).
Saat ini, mereka dalam kondisi menderita. Selain minim bantuan logistik, cuaca buruk melipatgandakan derita ratusan jiwa pengungsi yang terpaksa meninggalkan kampungnya karena retakan bukit akibat gempa beberapa waktu lalu.
Hujan selama empat hari berturut-turut membuat tenda pengungsi menjadi rawa berlumpur, angin kencang merobek tenda tempat berlindung, dan membuat pengungsi menggigil kedinginan.
"Kami masih kekurangan terpal dan selimut. Bantuan terpal dari TNI dan polisi belum mencukupi," kata Pupud, Ketua RW 08 Kampung Nirmala, saat dihubungi.
Tak hanya itu, para korban gempa juga harus memenuhi kebutuhan makan dan minum sendiri karena tidak tersedianya dapur umum dari pemerintah daerah. Sementara bantuan mi instan dan beras terus mengalir dari sejumlah pihak.
"Belum ada dapur umum Pak. Mereka masak sendiri-sendiri di tenda pake kayu bakar. Ada juga yang pake kompor," ungkap Pupud.
Dihuni 1.081 Jiwa
Pupud menyebutkan, Kampung Nirmala dihuni 1081 jiwa atau 168 KK. Saat ini, warga telah meninggalkan kampung tersebut lantaran khawatir terjadinya longsor. Sebab, pascagempa pada 23 Januari 2018 menyebabkan bukit di perkampungan tersebut retak kurang lebih sepanjang 200 meter dan lebar sekitar 20 sentimeter.
"Kalau rumah rusak akibat gempa hanya 4 unit dan 1 sekolah. Alasan mereka mengungsi karena takut longsor," kata dia.
Warga Kampung Nirmala berharap Pemerintah Kabupaten Bogor memperhatikan nasib mereka, yang sudah hampir satu minggu mengungsi di tengah perkebunan teh. Sejauh ini, pemerintah daerah masih sibuk mendata kerusakan bangunan, sementara rumah warga yang terancam longsor akibat gempa tak diperhatikan.
"Pengennya sih tetep tinggal di rumah karena lebih nyaman. Tapi gimana, masa kita harus bertaruh nyawa," terang Engkan.
Gempa Banten pada 23 Januari 2018 menyebabkan 675 bangunan di 14 wilayah kecamatan Kabupaten Bogor rusak. Korban terdampak sebanyak 656 KK atau 2.532 jiwa.
Dari jumlah tersebut 421 rusak ringan, 163 rusak sedang, 48 rusak berat, dan 43 terancam. Fasilitas umum yang rusak, yaitu 8 masjid, 2 sekolah, 1 puskesmas, 1 ponpes, dan 1 majelis taklim.
Wilayah yang paling terparah, yakni di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, yakni sebanyak 666 rumah rusak dan yang terdampak sebanyak 520 KK.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement