Liputan6.com, Jakarta Manchester United (MU) ternyata nyaris jatuh ke tangan diktator Libya, Muammar Khadafi. Mantan pemimpin Libya yang terbunuh pada 2011 itu berniat membeli saham MU, 2004 lalu.
Cerita bermula saat saham John Magnier dan JP McManus jumlahnya mencapai 29,9 persen.
Baca Juga
Advertisement
Taipan asal Irlandia itu butuh dana segar untuk ambil bagian dalam kepemilikan kuda pacu, Rock Gibraltar, bersama mantan manajer MU, Sir Alex Ferguson. Demi ambisi baru ini, Magnier dan McManud kemudian meminta broker untuk menjual saham MU milik mereka.
Menurut Mehmet Dalman yang saat ini jadi pimpinan Cardiff City, Khadafi ternyata berminat membelinya. Dilansir The Sun, dia mengaku sempat terbang ke Libya membicarakan hal itu.
"Orang-orang tidak sadar bahwa kesepakatan itu sedikit lagi bakal terbang ke Libya," kata Dalman seperti dilansir Sunday Times. "Khadafi nyaris membeli klub. Kalau bicara seberapa dekat, boleh dikatakan hanya hitungan jam saja," kata Dalman menambahkan.
Saksikan juga video pilihan di bawah ini:
Cerita Detail
Cerita lebih detail disampaikan putra Khadafi, Saadi Khadafi kepada Financial Times, 2005 lalu. "Tujuh atau delapan bulan lalu, kami berniat membeli saham MU," kata Saadi.
"Kami merahasiakannya sebab kami akan melakukannya, tapi sekarang mustahil," katanya.
Saadi akhirnya meyakinkan ayahnya bahwa upaya itu sulit. Sebab, uang saja tidak cukup untuk membeli saham Setan Merah.
"Saya katakan kepada ayah saya bahwa itu seperti membeli gereja di Inggris. Sangat susah, mungkin mustahil sebab fans dan sejarahnya. Sangat sulit," ujar Saadi.
"Itu (MU) adalah emas, benar-benar klub emas," katanya menambahkan.
Upaya itu memang benar-benar gagal. Saham John Magnier dan JP McManus akhirnya jatuh ke tangan keluarga Glazer yang akhirnya menjadi pemilik mayoritas saham Setan Merah.
Advertisement
Berniat Beli Perugia
Sebenarnya, bukan hanya MU yang ingin dibeli Khadafi. Sebelumnya, dia juga pernah berniat memiliki klub asal Italia, Perugia, tapi gagal mencapai kata sepakat.
Muamar Khadafi memimpin Libya selama puluhan tahun. Dia dikenal sebagai pemimpin diktator di Libya sekaligus penguasa negara dengan sistem nonkerajaan terlama sejak abad 20. Memimpin Libya hingga 41 tahun, Khadafi menyebut dirinya sebagai "the Brother Leader", "Guide of the Revolution", dan "King of Kings".
Pada Kamis, 20 Oktober 2011 jadi hari terakhir bagi diktator Muammar Khadafi menghirup udara segar. Ia menemui tewas di tangan pasukan oposisi yang disebut tentara Transisi Nasional Libya (NTC).