Jakarta- Orangtua zaman sekarang mungkin jarang mendengar istilah bedong (bedung). Padahal, orang tua zaman dulu umumnya menerapkan bedong pada bayi yang baru lahir.
Tradisi bedong atau membedong dilakukan secara turun-menurun. Terapan warisan leluhur ini biasanya, bayi dibedong dengan cara menyelimutinya atau membungkus bayi dengan kain.
Advertisement
Sayangnya, banyak ibu melakukan cara ini bukan untuk membuat bayinya lebih hangat, tetapi karena percaya mitos. Jika bayi tak dibedong, nantinya cenderung memiliki struktur kaki yang bengkok. Apa iya demikian?
Kebiasaan membedong dilakukan saat bayi baru lahir hingga usia 2-3 bulan. Begitu bayi mulai tengkurap, maka tak perlu dibedong lagi.
Sebetulnya tujuan membedong bayi adalah untuk membuatnya merasa hangat.
“Maka mitos bayi tak dibedong kakinya bisa bengkok, itu salah. Tujuan dibedong adalah untuk menghangatkan bayi,” tegas dokter spesialis anak dr. Miza Dito Afrizal, Sp.A, BMedSci, Mkes, seperti dikutip dari JawaPos, Senin (29/1/2018).
Simak juga video menarik berikut :
Bayi bisa mengalami dysplasia?
Apalagi ketika bayi dibedong, ujarnya, ditambah dengan tali untuk mengikat kaki atau tubuh bayi, Miza menilai hal itu akan membuat bayi tak nyaman dan sulit bergerak.
“Kadang ditambahkan tali lagi, kasihan, kan? Itu mitos umum yang banyak beredar,” ucapnya.
Justru, kata dia, jika kaki bayi lurus itu menandakan bayi sedang sakit. Kaki bayi yang sehat adalah ketika bebas bergerak ke sana kemari.
“Mitos itu salah, karena kaki bayi yang sehat harus bengkok. Kalau lurus berarti bayi itu sedang sakit,” jelasnya.
Dampak paling fatal justru bayi bisa mengalami dysplasia jika bedongan terlalu kuat. Dysplasia adalah lepasnya sendi di tulang pinggul atau paha bayi yang terlepas ke luar. Hal itu akan memengaruhi perkembangan tumbuh kembang bayi.
Advertisement