Liputan6.com, Jakarta - Menerka nilai bitcoin ternyata tak terlalu sulit. Menurut Co-Founder DataTrek Research, Nick Colas, nilai mata uang digital itu dapat dilihat dari hasil pencarian di Google Search.
"Dengan mengetahui jumlah orang yang mencari kata 'bitcoin' di Google, yang memiliki pangsa pasar pencarian 60 persen pencarian secara global, jadi kita dapat melihat tren tersebut," tuturnya, dikutip dari CNBC, Selasa (30/1/2018).
Baca Juga
Advertisement
Colas berkata, data pencarian di Google ternyata berbanding lurus dengan nilai bitcoin. Sebagai contoh, ia mengatakan, pencarian bitcoin yang tengah lesu saat ini ternyata berimbas dengan nilainya.
"Pencarian bitcoin saat ini benar-benar menurun. Jadi, nilai itu sama dengan kondisi nilai bitcoin sekarang," tuturnya. Lebih lanjut, ia menuturkan, bukti lain yang mendukung ada pencarian bitcoin saat November tahun lalu.
Ketika itu, tren pencarian mengenai bitcoin meningkat saat Thanksgiving 2017 di Amerika Serikat. Peningkatannya dalam beberapa minggu. Kondisi itu juga sejalan dengan jumlah dompet bitcoin yang terbentuk.
"Namun, berhari-hari kemudian, harga bitcoin jatuh, dan begitu pula dengan pencariannya," ujarnya. Kendati demikian, ia tak merasa bitcoin tak terlalu mengkhawatirkan, sebab berbekal teknologi, investasi ini masih aman untuk jangka panjang.
Bitcoin Bakal Dominasi Tren Keamanan Siber di 2018
Meski masih menjadi kontroversi, pertumbuhan bitcoin harus diakui cukup signifikan. Karena itu, Menurut Niyikiza Aimable, Technical Consultany dan Cybersecurity Engineer dari Penta Security, bitcoin diprediksi bakal mendominasi tren keamanan siber 2018.
"Bitcoin mungkin akan mendominasi. Ini bisa menjadi target empuk para penjahat siber karena kita tahu bitcoin dan mata uang digital sifatnya sangat anonim. Ini yang harus dijadikan sorotan," ujar Aimable kepada Tekno Liputan6.com di Grand Hyatt, Kamis (25/1/2018).
Tak cuma bitcoin, Aimable juga mengungkap beberapa fenomena lain yang kemungkinan besar akan menjadi tren keamanan siber di 2018.
Salah satunya seperti evolusi serangan ransomware dari PC ke perangkat IoT (Internet of Things) seperti smart home device.
"Dari sini, hacker bisa menebar ransomware ke perangkat IoT dan mencuri data pengguna. Lagi-lagi, data yang jadi kebutuhan utama mereka. Jika ditarik benang merahnya, semua penjahat siber pasti menginginkan data. Maka itu kita harus bangun proteksi perimeter yang kuat untuk melindungi data pribadi agar tidak mudah dibobol," ungkap pria yang kini tinggal di Korea Selatan tersebut.
Advertisement
Praktik Bitcoin di Indonesia
Meski ilegal, penggunaan bitcoin sebenarnya sudah cukup marak dilakukan di Indonesia. Terbaru, transaksi mata uang digital ini cukup sering dilakukan di Bali.
Karena itu, Bank Indonesia (BI) langsung melakukan investigasi di Pulau Dewata untuk mengecek apakah masih ada transaksi yang berlangsung.
Menurut Kepala Perwakilan BI Bali, Casa Iman Karana, Bali memang menjadi salah satu destinasi pariwisata terbesar di dunia. Karena itu, celah ini dimanfaatkan oknum tak bertanggung jawab untuk melakukan transaksi bitcoin.
"Kami telusuri dari beberapa posting di media sosial kalau Bali menjadi 'surga' transaksi bitcoin," ujar Karana sebagaimana dilansir Reuters.
Sejak akhir 2017, BI dan pihak kepolisian bahkan sudah memulai investigasi dan mengecek bisnis apa saja yang memperbolehkan transaksi bitcoin.
(Dam/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: