Liputan6.com, Jakarta Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) kembali dilakukan setelah 5 tahun silam, yakni pada 2013. Kali ini, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) mengintegrasikan hasil risetnya dengan susenas dari BPS, yang akan dilakukan bulan Maret 2018. Adapun angka sampel yang akan diteliti dalam Riskesdas terbilang fantastis, yakni 300 ribu keluarga.
"Jadi total respondennya kurang lebih sekitar 1,2 juta jiwa," ungkap Kepala Balitbangkes Kemenkes RI, Siswanto, saat jumpa pers Rakornis Riskesdas 2018 di Hotel Santika Harapan Indah Bekasi, Senin (29/1/2018).
Advertisement
Siswanto mengatakan banyaknya sampel yang akan dijadikan responden dimaksudkan agar hasil yang didapat lebih holistik dan komprehensif. Selain itu, metodologi yang akan dilakukan dalam pelaksanaan riset adalah potong lintang (cross sectional), yaitu guna mencari hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Tak hanya itu, Siswanto menekankan lima indikator yang akan digunakan dalam melakukan Riskesdas, yakni pelayanan kesehatan, perilaku kesehatan, lingkungan, biomedis, dan status kesehatan. Penelitian akan dilakukan dengan wawancara, pemeriksaan kesehatan, dan pemeriksaan gigi. Oleh sebab itu, dalam Riskesdas 2018, PB PDGI untuk pertama kalinya berpartisipasi dalam melakukan riset.
Simak juga video menarik berikut :
Sampel luar biasa banyak
Terkait dengan jumlah sampel, Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, M. Sairi Hasbullah mengakui besarnya angka sampel yang akan diteliti. Dirinya mengatakan pihak BPS umumnya melakukan riset hanya pada 10.000 hingga 75.000 rumah tangga.
"Tentu angka ini sangat besar. Namun, kami tetap berkomitmen untuk mengumpulkan data susenas sebanyak 300 ribu rumah tangga," ujar Sairi.
Sairi mengungkapkan metode yang akan dilakukan dalam susenas pun serupa, yakni wawancara. Apalagi, dalam susenas yang akan dilaksanakan maret 2018 mendatang, banyak indikator terkait kesehatan yang akan ditanyakan pada responden.
Advertisement