Liputan6.com, Jakarta Selama enam bulan pertama bayi lahir, pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara penuh harus dilakukan. Bagi ibu yang masih cuti melahirkan dan menyusui, ASI bisa diberikan secara rutin.
Namun, ketika ibu sudah mulai kembali bekerja. Momen untuk menyusui si kecil berkurang. Demi kebutuhan ASI tercukupi, ASI yang dipompa dimasukkan ke botol.
Advertisement
ASI yang ditaruh di botol, kemudian dimasukkan freezer. Ketika bayi sewaktu-waktu lapar, ASI bisa dikeluarkan. Cara ini memang efektif, bayi tetap bisa minum ASI. Namun, di sisi lain, ada efek buruk bila terlalu sering memberikan ASI pakai botol.
Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Riskiyana Sukandhi Putra menanggapi hal tersebut.
"Manfaat menyusui bayi secara langsung (melalui payudara) membuat ASI ibu makin banyak. Tapi kalau bayi sering diberi ASI pakai botol, ya produksi ASI ibu lama-lama berkurang," jelas Riskiyana saat ditemui di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, ditulis Selasa, (30/1/2018).
Saksikan juga video berikut ini:
Malas menyedot langsung
Reaksi bayi mungkin berbeda-beda saat minum ASI pakai botol. Secara umum, menurut Riskiyana, efek samping pemberian ASI pakai botol membuat bayi akan menjadi pasif menyedot.
"Kalau pakai botol, bayi tidak perlu susah menyedot. Dimiringkan sedikit atau botol dibalikkan, ASI sudah menetes. Biasa pakai botol bisa membuat bayi malas menyedot ASI secara langsung (melalui payudara)," tambah Riskiyana.
Efek buruk memberikan ASI pakai botol juga memengaruhi hubungan psikologis antara bayi dengan ibu. Kedekatan akan berkurang. Bahkan bayi bisa saja menolak diberi ASI langsung lewat payudara.
"Karena bayi sudah kenyang diberi ASI pakai botol," tutup Riskiyana.
Advertisement