Liputan6.com, California - Para ilmuwan mengatakan, mereka akan memantau langsung Bulan saat fenomena Blue Blood Supermoon 2018 yang diperkirakan terjadi pada 31 Januari pukul 05.30 waktu setempat.
Pemantauan ini ditujukan untuk mengungkap beberapa misteri dari Bulan, yang merupakan satelit alami Bumi.
Advertisement
Saat Bulan melintas di belakang Bumi dan sinar Matahari terhalang untuk mencapai permukaan Bulan, suhu Bulan akan berubah drastis: dari panas ke dingin.
Proses mendinginnya Bulan mendorong para periset untuk menyelidiki unsur yang membentuk batuan di Bulan, menurut Express, Senin (29/1/2018).
"Selama Gerhana Bulan berlangsung, perubahan suhu di Bulan berubah sangat dramatis. Bulan seolah keluar dari dalam oven dan langsung menuju ke dalam lemari es, mendingin hanya dalam beberapa jam," kata Noah Petro, ilmuwan proyek Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) milik NASA di Goddard Space Flight Center di Greenbelt, Maryland.
Paul Hayne dari Laboratory for Atmospheric and Space Physics di University of Colorado Boulder menambahkan, karakter keseluruhan Bulan berubah saat terjadi gerhana. Tim telah mengamati aktivitas tersebut dengan kamera termal.
"Di kegelapan, banyak kawah familier (kawah yang biasa ditemukan) dan fitur lainnya yang tidak dapat dilihat. Area yang biasanya tampak tak jelas di sekitar kawah, mulai 'bersinar', karena bebatuan di sana masih hangat," jelas Hayne.
Tim akan memetakan perubahan panas di berbagai titik di Bulan, termasuk bentangan berdebu sepanjang 37 mil atau 59,5 kilometer yang menyerupai seekor kecebong.
Kemampuan Bulan dalam menghilangkan suhu panas itu akan membantu ilmuwan memecahkan teka-teki tentang komposisi dan ukuran batuan di sana.
Simak video mengenai fakta gerhana Bulan total 31 Januari 2018 berikut ini:
Dua Supermoon Terjadi pada Januari 2018
Pencinta alam akan menyaksikan fenomena alam menarik pada Januari 2018, yakni Supermoon dan Super Blue Blood Moon yang merupakan kombinasi dari Blood Moon dan Blue Moon.
Supermoon pertama tahun 2018 terjadi pada tanggal 1 Januari malam sampai 2 Januari malam.
Supermoon terjadi ketika Bulan purnama berada pada titik orbitnya yang terdekat ke Bumi, sehingga tampak sampai 30 persen lebih terang dan 14 persen lebih besar dibanding ketika Bulan berada pada titik terjauh dalam orbitnya.
Supermoon lain akan menyusul pada 31 Januari, pada jarak sekitar 26.500 kilometer lebih dekat dari biasanya.
Kedua Supermoon itu merupakan bagian dari Supermoon yang dimulai tanggal 3 Desember 2017 lalu. Ilmuwan mengatakan, sangat jarang ada dua Supermoon berturut-turut, apalagi tiga.
Bulan purnama terakhir Januari juga dikenal sebagai Blue Moon, karena merupakan Bulan purnama kedua yang terjadi dalam satu bulan.
Para ilmuwan mengatakan, waktu terbaik untuk melihat Supermoon adalah ketika Bulan terbit dan sebelum Matahari terbit, ketika Bulan tampak berada di cakrawala.
Ini membuat Bulan terlihat lebih besar dibanding benda-benda lain-lain yang tampak pada malam hari, seperti bangunan dan pohon-pohon.
Advertisement