Kronologi Kasus Perawat Suntik Pasien Versi RS Siti Khodijah

Dokter dari RS Siti Khodijah memiliki penjelasan tentang penyebab kematian pasien yang diduga disuntik perawat setelah meninggal.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 31 Jan 2018, 02:02 WIB
Dokter dari RS Siti Khodijah memiliki penjelasan tentang penyebab kematian pasien yang diduga disuntik perawat setelah meninggal. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Sidoarjo - Masbukhin, selaku kuasa hukum Rumah Sakit (RS) Siti Khodijah, Taman, Sidoarjo, Jawa Timur, mengeluarkan penjelasan tentang kronologi soal penanganan dan perawatan atas nama nyonya Supariyah (67), pasien yang diduga disuntik perawat setelah meninggal dunia. Dokter menyatakan pasien meninggal diakibatkan cardiac arrest (serangan jantung).

Berdasarkan catatan rumah sakit atas penanganan dan perawatan, pasien Supariyah datang berobat ke RS Siti Khadijah dua kali. Pertama pada 20 Desember 2017 pagi, pasien dengan diantar keluarganya masuk ke ruang IGD dan selanjutnya ditangani dokter.

"Setelah dilakukan diagnosa dan tindakan, bisa disimpulkan tidak ada hal yang urgen pada pasien. Maka pasien bisa dipulangkan," tutur Masbukhin saat jumpa pers di Gedung RS Siti Khodijah, Selasa, 30 Januari 2018.

Kemudian, pasien kembali datang siang hari pada pukul 12.47 WIB. Menurutnya, pasien langsung dimasukkan ke IGD dan langsung ditangani oleh dokter jaga bersama dokter tim lainnya.

"Barulah diputuskan agar pasien opname. Ada dokter umum, dokter Zakariya (spesialis penyakit dalam), dan dokter Hamdan (spesialis Syaraf)," katanya.

Pihaknya membantah dokter menelantarkan pasien sejak masuk ke RS. Menurut dia, dokter Zakaria sudah merawat Supariyah sejak 20 hingga 21 Desember 2017 sebelum dialihkan ke dokter Hamdan.

"Jadi, semuanya ditangani. Tidak ada yang ditelantarkan," ucapnya.

 

 

 

 


Kronologi Penanganan

Ilustrasi Foto Jenazah (iStockphoto)

Pada 21 Desember 2017, pukul 22.00 WIB, perawat membangunkan pasien yang sedang tidur untuk diberikan injeksi obat Vomceran dan OMZ. Sebelum injeksi dilakukan, perawat terlebih dahulu memeriksa nadi pasien, pernapasan pasien, dan lain-lain.

"Saat itu kondisinya masih normal, napas teratur, dan nadi kuat," ujarnya.

Kemudian, pada pukul 22.20 WIB, dokter Hamdan berkunjung dan memeriksa pasien setelah injeksi yang dilakukan oleh perawat tersebut.

Dalam pemeriksaan itu, diketahui nadi pasien 74 kali per menit, S1 S2 tunggal Rh, Wh dan CVA infark. Bahkan, saat pasien diperiksa dokter Hamdan, pasien masih hidup dan keluarga mengetahui hal itu.

Nah, pada pukul 22.35 WIB, dokter Hamdan meninggalkan pasien untuk mengunjungi pasien lainnya dan kembali ke ruang perawat sekitar pukul 22.45 WIB. Pada waktu bersamaan, keluarga pasien menghubungi perawat untuk meminta diperiksa.

"Nah, setelah dihubungi itu, perawat kemudian kembali datang ke kamar pasien untuk melakukan pemeriksaan. Dalam pemeriksaan ini, SpO2 tidak muncul, tensi tidak terukur, dan nadi tidak teraba," katanya.

"Lalu, perawat melaporkan ke dokter Hamdan dan langsung melakukan pemeriksaan dan pijat jantung. Namun, upaya itu tidak mampu menyelamatkan jiwa pasien. Dan pasien dinyatakan meninggal dunia pada pukul 23.00 WIB akibat serangan jantung," ucapnya.


Diduga Stroke

Ilustrasi jenazah (capitalismisfreedom.com)

Sementara, menurut Dokter Hamdan yang juga Direktur RS Siti Khodijah menambahkan, sebelum datang ke RS, pasien menderita darah tinggi dan diabetes. Ketika datang dalam keadaan mual dan muntah-muntah.

"Tidak ada faktor yang jelas ketika mual-mual dan muntah, itu terjadi secara mendadak. Berdasarkan diagnosa, ada gangguan di fungsi otak dan mengarah pada stroke," tutur dokter Hamdan.

Pihaknya sempat melakukan rekam jantung terhadap pasien. Hasilnya masih normal alias bagus semua. Namun, meninggalnya pasien ini terbilang mendadak alias kena serangan jantung.

"Karena sebelumnya masih bagus. Pasien ini menderita diabetes, dan darah tinggi. Jadi, bisa saja pasien terkena cardiac arrest (serangan jantung). Ditambah faktor usia," katanya.

Ketika mengetahui kematian pasien, pihaknya telah menyampaikan rasa belasungkawa kepada keluarga pasien. Bahkan sesuai dengan tradisi RS, mewajibkan kepada karyawan sebagai perwakilan untuk bersilaturahmi.

"Takziah kepada keluarga korban. Dan itu sudah dilakukan semuanya satu bulan yang lalu," ujarnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya