Jelang Pilkada, Sumur Hasil Goresan Tongkat Sakti Dato Tiro Ramai

Tak hanya menggalang suara secara maksimal, para calon kandidat kepala Daerah ternyata juga melakukan hal ini.

oleh Eka Hakim diperbarui 31 Jan 2018, 10:33 WIB
Sumur panjang hasil goresan tongkat Dato Tiro di Kabupaten Bulukumba, Sulsel (Liputan6.com/ Eka Hakim)

Liputan6.com, Makassar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun 2018 tinggal menghitung hari. Beragam upaya telah dilakukan para calon kepala daerah secara maksimal termasuk calon kepala daerah yang ada di Sulsel. Tak hanya menggalang suara diberbagai daerah pemilihannya, para calon Kepala Daerah juga diam-diam mendatangi tempat-tempat yang diyakini bertebaran berkah (barokah).

Salah satunya tempat yang diyakini menyimpan barokah yang ada di Sulsel. Yakni Pemandian Hila-Hila yang berbentuk sumur panjang dan berkelok. Sumur tua dan panjang itu merupakan jejak peninggalan Dato Tiro yang bernama asli Al Maulana Khatib Bungsu yang merupakan salah satu penyiar agama Islam terpandang di Sulsel.

Tak hanya menyebarkan ajaran-ajaran kebaikan, masyarakat Sulsel dan khususnya masyarakat Kabupaten Bulukumba meyakini Dato Tiro juga meninggalkan sejumlah keunikan yang hingga saat ini terus terjaga bahkan dari keunikan yang ditinggalkannya itu diyakini masyarakat dapat membawa sebuah keberkahan. Salah satunya keberadaan sumur panjang yang dikenal oleh masyarakat Bulukumba dengan nama Pemandian Hila-Hila tersebut.

 

Sumur hila-hila di Kabupaten Bulukumba, Sulsel ramai jelang pilkada 2018 (Liputan6.com/ Eka Hakim)

Pemandian hila-hila yang berada di Kec. Bonto Tiro atau tepatnya mengelilingi masjid kuno peninggalan Dato Tiro itu hingga saat ini menjadi salah satu destinasi wisata yang paling diincar tak hanya di hari libur, melainkan jelang pilkada, para kandidat calon kepala daerah pun menyempatkan diri untuk mencari keberkahan dari sumur panjang hasil goresan tongkat sakti Dato Tiro itu.

"Pasca pendaftaran di KPU, sudah ada beberapa calon kepala daerah dari berbagai daerah di Sulsel yang berkunjung kesini," kata Rahmat, warga setempat kepada Liputan6.com, Rabu (31/1/2018).

Tujuannya pun, diakui Rahmat, beragam. Ada yang sekedar mengunjungi makam Dato Tiro yang bersebelahan dengan sumur panjang itu, juga ada yang sengaja datang memang ingin mandi di sumur tua tersebut untuk mencari keberkahan serta membawa air dari sumur itu untuk dibawa pulang kembali ke daerahnya.

"Tapi mayoritas mereka mencari keberkahan melalui sumur panjang Dato Tiro itu. Yah sudah jadi budaya setiap jelang pilkada disini ramai kunjungan," ujar Rahmat.

 

Sumur hila-hila ramai jelang pilkada (Liputan6.com/ Eka Hakim)

Rahmat mengungkapkan awal mula keberadaan sumur panjang hila-hila itu berawal dari cerita yang ada. Dimana konon dahulu Dato Tiro hanya membuat garis panjang yang berkelok-kelok dari tongkatnya dan kemudian bekas garisan tersebut mengeluarkan air yang banyak dan akhirnya tertampung menjadi sebuah sumur panjang.

"Sehingga jika dilihat kolam ini bentuknya panjang tapi berkelok-kelok seperti ular, "terang Rahmat.

Dahulunya sumur itu, kata dia, dijadikan oleh jamaah untuk berwudhu namun seiring waktu berjalan, saat ini Masjid kuno peninggalan Dato Tiro yang bernama Masjid Nurul Hilal Dato Tiro sudah memiliki kran air yang tetap sumber airnya dari sumur tersebut.

"Ada yang sekedar berliburan menikmati dinginnya air kolam bahkan ada juga yang membawa pulang air dari kolam dengan menaruhnya di wadah botol. Katanya airnya mau dijadikan obat penyembuh dari penyakit, serta diyakini keberkahannya," jelas Rahmat.

Selain keberadaan sumur atau kolam panjang yang dikenal dengan sebutan kolam hila-hila tersebut, tak jauh dari situ atau sekitar 100 meter dari lokasi juga terdapat makam Dato Tiro yang juga tak kalah ramainya dikunjungi oleh wisatawan lokal. Apalagi jelang pilkada.

"Pengunjung lebih awal berziarah ke makam Dato Tiro setelah itu ke kolam sumur hila-hila untuk berendam sekaligus pembersihan diri, " Rahmat menandaskan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya