BMKG Teliti Dampak Super Blue Blood Moon pada Bumi

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan pihaknya tengah menyiapkan tim peneliti untuk melihat dampaknya terhadap kemagnetan bumi.

oleh Rezki Apriliya Iskandar diperbarui 31 Jan 2018, 14:56 WIB
Fenomena alam langka gerhana bulan akan terjadi pada 31 Januari 2018, yaitu Super Blue Blood Moon. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan melakukan penelitian terhadap fenomena langka Super Blue Blood Moon yang akan terjadi nanti malam.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan pihaknya tengah menyiapkan tim peneliti untuk melihat dampaknya terhadap kemagnetan bumi, gravitasi Bumi dan metode seismik Bumi.

"Kami mengajak juga rekan-rekan periset untuk melakukan kajian-kajian impact dari kondisi langka ini. Penting juga untuk riset kajian-kajian pengaruh gravitasi Matahari dan Bulan ke fenomena-fenomena yang ada di Bumi," ujar Dwikorita di Gedung A BMKG Pusat, Jalan Angkasa I Nomor 2, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (31/1/2018).

Menurut Dwikorita, fenomena Super Blue Blood Moon menarik untuk diteliti karena terkait dengan periode berlangsungnya gerhana yang terjadi 150 tahun sekali. Jangka waktu yang cukup lama itu menurutnya ideal untuk mengamati pergerakan Bumi, Bulan, dan Matahari.

"Kami mengimbau Menristek Dikti melakukan gerakan penelitian karena Super Blue Blood Moon kali ini memiliki durasi yang ideal untuk mengamati pergerakan antara Bulan, Bumi, dan Matahari. Ada sekitar 70 menit dan ini durasi yang panjang dan jarang terjadi," kata Dwikorita.

Dwikorita mengatakan, fenomena langka tersebut bisa dilihat sore nanti dan puncak fenomenanya diperkirakan terjadi sekitar pukul 20.29 WIB.

"Fenomena puncak terjadi pukul 20.29 WIB. Di WIT dan Wita terjadi selisih antara satu dan dua jam, tetapi mulai sore sudah bisa diamati secara berangsur-angsur," ujar Dwikorita memungkasi.


Lokasi Ideal

Gerhana Bulan Total pada 31 Januari 2018 disebut kejadian langka. (Ilustrasi: fstoppers.com)

Lokasi yang ideal untuk mengamati fenomena ini berada di sejumlah tempat, yaitu di Observatorium Boscha (Lembang), Pulau Seribu, Ancol, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Planetarium, Museum Fatahilah, Kampung Betawi, Setu Babakan, serta Bukit Tinggi.

"Selain itu juga dilakukan pengamatan di 21 titik pengamatan hilal. Bahkan di Makassar dan Jam Gadang Bukit Tinggi pun terdapat event nonton bersama Super Blue Blood Moon," katanya.

Meskipun fenomena ini merupakan fenomena langka, masyarakat harap mewaspadai tinggi pasang maksimun hingga mencapai 1,5 meter karena adanya gravitasi Bulan dengan Matahari.

Fenomena ini juga dapat mengakibatkan surut minimum mencapai 100-110 cm yang terjadi pada 30 Januari-1 Februari 2018 di Pesisir Sumatera Utara, Sumatera Barat, Selatan Lampung, utara Jakarta, utara Jawa Tengah, utara Jawa Timur, dan Kalimantan Barat.

Saksikan video di bawah ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya