Liputan6.com, Jakarta Sukses dengan film Labuan Hati, artis yang juga sutradara Lola Amaria kembali membuat sebuah film. Film yang diberi judul Lima ini tidak dikerjakan oleh Lola Amaria sendiri, tetapi oleh lima orang sutradara.
Lola Amaria mengajak empat sutradara film lainnya, yakni Shalahuddin Siregar, Tika Pramesti, Harvan Agustriansyah, dan Adriyanto Dewo. Selain itu, film ini melibatkan dua penulis skenario film ternama yang berkolaborasi, yakni Titien Wattimena alias Tinut dan Sekar Ayu Massie.
"Film ini memakai lima sutradara. Kenapa sutradara filmnya harus lima? Supaya filmnya beragam, meski saya bisa menyutradarai film ini sendiri," kata Lola Amaria saat ditemui di Restoran Le Seminyak, kawasan Cipete Raya, Jakarta Selatan, Selasa (30/1/2018).
Lewat lima sutradara yang bekerja di satu film yang sama, Lola juga ingin filmnya menjadi karya terbaik, sekaligus mencoba hal baru biar penonton senang filmnya berwarna dan tidak flat.
Baca Juga
Advertisement
"Film Lima ini juga bukan omnibus (banyak cerita dalam satu film), tapi ceritanya utuh. Ini kita bilang Pancasila, ya dari sila satu sampai lima. Ini enggak putus di satu film, ini utuh," kata Lola Amaria.
Film Pancasila
Lebih lanjut, Lola Amaria mengatakan jika film Lima ini bercerita tentang Pancasila. Lima dibuat sebagai film keluarga yang berjuang menanamkan dan mengajarkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
"Masing-masing sila itu mempunyai cerita sendiri dan dikawal sutradara yang berbeda yang mewakili masing-masing sila, tetapi masih dalam satu jalan cerita besar," jelas Lola yang pernah menggarap film Minggu Pagi di Victoria Park, Negeri Tanpa Telinga dan Jingga.
"Ini menarik banget buat penonton dan kita tertantang karena belum pernah bikin kaya ini juga. Enggak gampang lo urus ini, kami menyatukan lima sutradara, saya harus mengikuti proses krearif dari awal saya harus support masing-masing director tanpa harus over budget," kata dia.
Advertisement
5 Sutradara
Shalahuddin yang sebelumnya membuat film-film dokumenter seperti Negeri Dibawah Kabut dan Nokas, diminta sebagai sutradara di sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa.
Sementara Tika yang sebelumnya lebih sering menjadi sutradara videoklip, iklan komersial dan film pendek Sanubari Jakarta ini diminta sebagai sutradara sila Kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Harvan yang pernah meraih berbagai penghargaan internasional untuk film pendeknya yang berjudul Pangreh ini akan mengawal sila keempat Pancasila, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksaan Dalam Permusyawaratan, Perwakilan.
Adriyanto yang menjadi sutradara sila kelima Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, pernah meraih penghargaan Piala Citra FFI sebagai sutradara terbaik untuk film Tabula Rasa.
Pemainnya
Artis Prisia Nasution yang pernah meraih Piala Citra FFI sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik di Sang Penari menjadi salah satu pemain dalam film ini. Yoga Pratama yang menjadi pemeran pembantu di Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak, dan Tri Yudiman yang berakting di film Toba Dreams, Sabtu Bersama Bapak, dan Bunda juga ikut bermain di film ini.
Advertisement
Konsultasi dengan Kepala UKP-PIP
Sebelum menjadi skenario film, Lola Amaria kerap bertemu dan melakukan konsultasi bersama Kepala Unit Kerja Presiden Pemantapan Ideologi Pancasila,Yudi Latief. Hal itu dilakukan Lola Amaria supaya penggarapan film LIMA tidak salah arah.
"Pak Yudi setuju bahwa Pancasila itu tidak hanya dihafal, tapi juga dilakukan dalam kehidupan sehari-hari," kata Lola.