NASA Bakal Matikan Pesawatnya Selama Super Blue Blood Moon

Apa alasan NASA bakal mematikan pesawat antariksanya selama gerhana Super Blue Blood Moon berlangsung?

oleh Jeko I. R. diperbarui 31 Jan 2018, 16:21 WIB
Gerhana Bulan atau Supermoon (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - NASA akan mematikan pesawat antariksa miliknya, Lunar Reconnsaissance Orbiter (LRO), selama gerhana Super Blue Blood Moon berlangsung.

Alasan Badan Antariksa Amerika Serikat tersebut mematikan armadanya tak lain karena posisi Bulan saat Super Blue Blood Moon sangat dekat dengan Bumi. NASA menyebut posisi ini dengan istilah fase "Perige".

Dengan demikian, posisi tersebut membuat gerhana diperkuat oleh sinar Matahari. Alhasil, sinar tersebut bisa saja memberikan ketegangan kepada pesawat-pesawat antariksa.

"Kami harus melakukan penyesuaian kepada semua armada NASA selama Super Blue Blood Moon berlangsung. Jika mesin (pesawat) terus dihidupkan, ia bisa terbakar akibat dampak dari sinar gerhana yang masuk ke dalam mesin," ujar Noah Petro, juru bicara sekaligus pimpinan ilmuwan dari NASA.

Ini merupakan kali pertama NASA mematikan LRO saat fenomena gerhana Bulan berlangsung. Pasalnya, pada gerhana Bulan sebelumnya, LRO yang memiliki tujuh instrumen tersebut tetap beroperasi dan mengumpulkan data dari Bulan.


Penampakan Menakjubkan

Gerhana Bulan atau Supermoon (iStockphoto)

NASA juga telah memberikan konfirmasi saat Super Blue Blood Moon berlangsung, Bulan akan berjarak sekitar 223.068 mil dari Bumi. Biasanya, Bulan cuma berjarak 238.855 mil dari Bumi.

Dampaknya, Bulan akan tampak lebih besar jika dilihat dari sini, besarnya bisa mencapai hingga 14 persen. Selain itu, Bulan juga akan tampak lebih terang 30 persen dari biasanya.

Selain itu, Bulan juga akan memendarkan warna merah bercampur biru dan membuat penampakan Super Blue Blood Moon tampil cantik dan menakjubkan.


Supermoon, Blue Moon, Blood Moon

Gerhana Bulan atau Supermoon (iStockphoto)

Supermoon adalah fenomena di mana Bulan akan lebih terang 30 persen dan 14 persen lebih besar dari biasanya. Bahkan, penduduk di wilayah Asia akan melihatnya menutupi lintasan bintang Aldebaran sebelum purnama.

Sementara, Blue Moon merupakan fenomena di mana Bulan tampak kebiru-biruan. Peristiwa Blue Moon terakhir terjadi pada Juli 2015 dan yang berikutnya akan berlangsung pada tahun ini. Setelah itu, Blue Moon akan muncul kembali dalam kurun waktu 19 tahun lagi.

Blood Moon sendiri terjadi saat Bumi melewati antara Bulan dan Matahari. Akibatnya, Bulan memiliki warna kemerahan jika dilihat dari Bumi. Sebabnya karena cahaya yang dipantulkan dari Bumi dan Matahari menciptakan warna mirip seperti darah.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya