Dirawat Semalam di RS Slamet Garut, Pasien Difteri Meninggal

Pasien difteri yang meninggal di RS dr Slamet Garut itu berusia 65 tahun. Ia berasal dari Garut selatan.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 31 Jan 2018, 16:34 WIB
Pasien difteri yang meninggal di RS dr. Slamet Garut itu berusia 65 tahun. Ia berasal dari Garut selatan. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Wabah penyakit difteri yang masih melanda Kabupaten Garut, Jawa Barat, kembali memakan korban. MH (65), warga Mekarmukti, Kecamatan Cikelet, Garut, meninggal dunia.

"Meninggal kemarin pagi sekitar pukul 07.20 WIB," ujar Kepala Ruang Perawatan Puspa Utama RSU dr Slamet Kabupaten Garut Wahyudin, saat ditemui, Rabu (31/1/2018).

Menurut Wahyu, perawatan intensif pasien usia lanjut dari Garut Selatan itu terbilang singkat. Pasien rujukan RSU Pemeungpeuk tersebut masuk pada Senin malam, 29 Januari 2018, sekitar pukul 21.00 WIB, dan meninggal dunia pada Selasa pagi, 30 Januari 2018.

"Jadi laporannya dari RSU Pamengpeuk sudah tiga hari di sana, baru hari keempat dalam kondisi drop dirujuk ke sini," kata dia.

Selama mendapatkan perawatan intensif di ruang Isolasi Difteri, Gedung Puspa Utama, Rumah Sakit Umum Dokter Slamet Garut, lembaganya telah berusaha menyelamatkan nyawa si nenek dengan memberikan antibiotik tapi takdir berkata lain.

Jenazah warga Kampung Sindang Lengo, Desa Cijayana, Kecamatan Mekarmukti, tersebut sudah meninggalkan ruang perawatan tak lama setelah dinyatakan meninggal dunia. "Setelah kita urus, jenazahnya sudah diambil pihak keluarga," kata dia.

Saat ini, total pasien difteri yang masih dirawat sebanyak enam orang. Mereka yang masih dirawat berinisial TJ(4), DN (27) AR (65), DN (21), keempatnya warga Tarogong Kidul, kemudian ST (34), warga Samarang dan NV (25) dari Bayongbong. "Sebagian besar positif difteri," kata dia.

Seorang pasien yang berprofesi sebagai pegawai pabrik sudah pulang pagi tadi. "Karena sudah negatif, akhirnya kita persilakan pulang," kata dia.

Wahyu mencatat, total kasus difteri yang ditangani sejak akhir November tahun lalu hingga 30 Januari 2018 sebanyak 40 kasus. Rinciannya, 32 kasus positif difteri dan 8 kasus suspect difteri.

"Dalam sepekan terakhir pasien difteri bertambah tinggi sekali," kata dia.

 

 


Status KLB Garut Diperpanjang

Ilustraasi foto Liputan 6

Sebelumnya, akibat wabah difteri yang kembali mewabah, pemerintah Garut, Jawa Barat, akhirnya memperpanjang status Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri hingga empat bulan ke depan.

Wakil Bupati Garut Helmi Budiman menyatakan, penyebaran difteri di Kabupaten Garut sudah cukup mengkhawatirkan. Awalnya Pemda Garut optimistis penyebaran difteri bakal menurun seiring dengan berkurangnya pasien terdeteksi sejak awal tahun ini.

Akan tetapi, memasuki pekan ketiga bulan ini, pasien terjangkit difteri kembali melonjak. "Memang sulit diprediksi, padahal kami sudah melakukan upaya vaksinasi," kata dia, Senin lalu.

Sepanjang tahun lalu tercatat nyawa lima warga Garut melayang akibat penyakit yang diakibatkan bakteri Corynebacterium diphtheriae tersebut.

Sementara data terbaru mulai 29 November 2017 hingga 25 Januari 2018 lalu, tercatat jumlah kasus difteri yang dirawat secara intensif mencapai 26 kasus. Dengan rinciannya, 23 kasus positif difteri dan 3 kasus negatif.

Dengan kondisi itu, ujar dia, ia terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk segera melakukan vaksinasi massal terhadap satu juta warga Garut yang berusia 1-19 tahun. "Kalau vaksin bagi daerah terdampak sudah kami lakukan, termasuk petugas rumah sakit (RSUD dr. Slamet Garut)," kata dia.

Helmi menyatakan, sesuai dengan kesiapan dan pengiriman logistik dari pemerintah pusat, program vaksinasi massal difteri untuk warga Garut baru terlaksana diperkirakan mulai awal Februari atau pertengahan bulan.

"Yang tahap pertama tanggal 20-an Januari itu program inisiatif kami, kalau yang massal dari pemerintah mungkin awal bukan Februari," kata dia.

Helmi mengakui pemberantasan penyakit difteri bukan perkara mudah, apalagi Jawa Barat menjadi tiga wilayah dengan pertumbuhan penyakit difteri terbanyak, selain Banten dan DKI Jakarta.

"Yang terkena kan tidak semuanya positif, ada juga yang suspect, bahkan negatif," kata Helmi.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya