Selamat Ulang Tahun ke-80, Ajip Rosidi

Ajip Rosidi yang mengenakan baju koko putih dan celana putih tampak didampingi sang istri, Nani Wijaya.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 31 Jan 2018, 18:00 WIB
Perayaan HUT ke-80 tokoh bahasa, sastra, dan kebudayaan, Ajip Rosidi berlangsung sederhana di halaman Perpustakaan Ajip Rosidi, Kota Bandung, Rabu (31/1/2018). (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 sastrawan dan budayawan Ajip Rosidi berlangsung sederhana di halaman Perpustakaan Ajip Rosidi, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (31/1/2018). Ajip yang mengenakan baju koko putih dan celana putih tampak didampingi sang istri, Nani Wijaya.

Acara syukuran bertema "Ajip Rosidi Delapan Puluh Tahun" itu turut dihadiri Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar. Turut hadir sejumlah sahabat sesama seniman dan budayawan, seperti Saini KM, Edi Iskandar, Godi Suwarna, dan Iman Soleh.

Dalam pengantarnya, ketua pelaksana acara, Etty RS, mengatakan, acara ini bukan sekadar seremonial. Namun, sekaligus momentum pertukaran gagasan dan pewarisan spirit kebudayaan.

"Semoga Ajip Rosidi dan karya-karyanya dapat terus menjadi inspirasi kita semua," tutur Etty.

Sementara, Deddy Mizwar dalam sambutannya mengatakan, Ajip Rosidi merupakan sosok yang luar biasa di usianya yang ke-80. Dia bercerita soal pengalaman unik saat menghadiri peresmian Perpustakaan Ajip Rosidi.

"Dalam setiap hal Kang Ajip selalu bersemangat. Terakhir ke sini pembukaan perpustakaan saya tahu lagi kurang sehat, tapi beliau tetap hadir di sini," ujar Dedi.

Padahal, Ajip Rosidi saat itu berucap ingin pingsan karena kondisinya kurang sehat. "Kadang kita malu beliau masih terus energik. Minimal kalau sedang ditelepon semangatnya masih terasa," ujarnya.

 


Ingat Tanggal Lahir Ratu Beatrix

Perayaan HUT ke-80 tokoh bahasa, sastra, dan kebudayaan, Ajip Rosidi berlangsung sederhana di halaman Perpustakaan Ajip Rosidi, Kota Bandung, Rabu (31/1/2018). (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Ajip Rosidi anak sulung dari Dayim Sutawiria dan ibu Hj Sitti Konaah. Ajip lahir pada 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.

Sebagai penulis kreatif, dia mulai mengumumkan tulisan berupa sajak, cerita pendek, roman, drama, dan lain-lain dalam bahasa Indonesia dan Sunda tahun 1952. Bukunya yang pertama terbit ketika usianya 17 tahun (1955) berjudul Tahun-Tahun Kematian.

Selanjutnya, diikuti oleh buku-bukunya yang lain yang sekarang jumlahnya lebih dari 130 judul, baik kumpulan cerita pendek, kumpulan sajak, roman, drama, esai, kritik, hingga karya terjemahan.

Pada usia 80 tahun, peraih penghargaan Grant dari The Toyota Foundation tahun 1984 ini masih aktif membaca dan menulis, termasuk buku Kamus Istilah Sastra yang akan segera terbit tahun ini.

Dia juga memiliki warisan berharga bagi generasi mendatang, yaitu puluhan ribu buku, dokumen, dan arsip-arsip penting kebudayaan yang disimpan di Perpustakaan Jatiniskala, Pabelan, Jawa Tengah dan Perpustakaan Ajip Rosidi di Jalan Garut, Kota Bandung.

"Saya ingat tanggal lahir 31 Januari 1938 lantaran Ratu Beatrix (Ratu Belanda tahun 1980 hingga 2013) Lahirnya sama dengan saya. Nenek saya waktu itu senang sekali tanggal lahirnya sama," kata Ajip di atas panggung.

 


Bagikan 5 Buku

Perayaan HUT ke-80 tokoh bahasa, sastra, dan kebudayaan, Ajip Rosidi berlangsung sederhana di halaman Perpustakaan Ajip Rosidi, Kota Bandung, Rabu (31/1/2018). (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Dalam kesempatan ini, Ajip Rosidi turut membagikan buku masing-masing lima buah kepada seluruh tamu undangan. Buku-buku tersebut berjudul Surat-Surat Ti Jepang (1-4) dan Tapak Meri.

"Jadi di acara ini saya membagikan buku bagi yang hadir di acara ini masing-masing lima judul," ucap Ajip.

Sementara itu, Yayasan Kebudayaan Rancage turut memberikan Hadiah Sastra Rancage 2018 kepada tokoh atau lembaga yang dipandang besar jasanya dalam mengembangkan dan mempertahankan kehidupan sastra dan bahasa daerah.

Sastra Sunda diberikan kepada Nazarudin Azwar dengan karya berjudul Miang. Sastra Jawa diraih Suharmoni K dengan karya Kakang Kawah Adi Ari-Ari. Untuk sastra Bali ditorehkan Nirguna dengan karya Bulan Sisi Kauh. Muhamad Harya Ramdoni menjadi peraih sastra Lampung dengan karyanya berjudul Semilau.

Pada sastra Batak, penghargaan diberikan kepada Panusunan Simanjuntak berkat karyanya yang berjudul Bangso Na Jugul Do Hami. Sedangkan sastra Banjarmasin diberikan kepada Hatmiati Mas'yud lewat karya berjudul Pilanggur.

Untuk karya sastra Samsudi diberikan kepada Tetty Hodijah lewat karya Ulin ka Monumen.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya